keberanian Arung Palakka

top_r2_c121thumbnail.gif

Di dalam sejarah tanah air khususnya dan sejarah dunia umumnyaketiga ungkapan yang disebut dalam judul di atas sering muncul.Ambillah misalnya sebagai contoh I Manindori, yang oleh Belanda dalamGeschidenis der Nederlands Indie disebutkan bahwa Troenodjojo werdgesteund door de uitgedreven Macassarsche zee rovers, Trunojoyo dibantuoleh bajak laut Makassar yang terdesak keluar dari sarangnya. Nahsiapakah itu yang dimaksud oleh Belanda dengan Macassarsche zee roversitu? Mereka itu adalah sisa-sisa Angkatan Laut Kerajaan Gowa yangdipimpin oleh I Manindori, yang pernah menjabat kedudukan strukturalsebagai Kepala Daerah Galesong, sehingga bergelar Karaeng Galesong.Pada waktu terjadinya perang melawan Kompeni Belanda, Karaeng Galesongsudah menjabat Panglima Angkatan Laut Kerajaan Gowa. Karaeng Galesongtidak mau mengakui Perjanjian Perdamaian Bungaya, lalu atas seizinSulthan Hasanuddin, meninggalkan Kerajaan Gowa dengan pengikutnya yangmasih setia kepadanya, mencari daerah lain di mana saja untukmeneruskan perjuangan melawan Belanda. Di Madura Karaeng Galesongditerima oleh Troenojoyo bahkan diangkat menjadi menantunya. JadiKaraeng Galesong menerapkan salah satu cappaq dari tiga cappaq senjataorang Bugis Makassar. Ketiga cappaq (ujung) itu yakni ujung lidah(diplomasi), ujung kemaluan (pernikahan) dan ujung badik (peperangan).

Dalam buku sejarah yang resmi sebagai pegangan dalam sekolah-sekolah Arung Palakka dijuluki pengkhianat karena minta bantuan Belanda untukmemerangi Sultan Hasanuddin.

Dari cuplikan sejarah yang di atas itu kelihatan bagaimana rancunya hasil penilaian sejarah itu. Itu disebabkan karena dalam menilai itu perlu standar. Dan standar itu tergantung dari kriteria yang dibuatoleh penilai. Dan biasanya penilai ini sangat tergantung dari kondisiyang situasional. Dan inilah yang biasa terjadi dalam sejarah.

Karaeng Galesong dinilai oleh Belanda dengan memakai standar yangsubyektif situasional. Karaeng Galesong tidak tunduk pada PerjanjianBungaya. Jadi kesatuannya bukanlah kesatuan yang sah sebagai angkatanlaut suatu kerajaan. Jadi ia dan pasukannya adalah bajak-bajak laut.Sekarang buku sejarah yang dipakai di sekolah-sekolah bukan lagiGeschidenis der Nederlands Indie,
melainkah Sejarah Nasional. Jadi standarnya tentu sudah berubah,kriteria yang dipakai dalam penilaian sudah berubah. Karaeng Galesongadalah seorang pejuang, seorang pahlawan.

Baik Sultan Hasanuddin maupun Karaeng Galesong, keduanya mujur dalamsejarah. Mengapa? Karena kita dijajah Belanda. Jadi standar penilaianyang memakai kriteria Latoa maupun kriteria Lamuda tidak ada perbedaan.Baik dahulu maupun sekarang keduanya adalah pejuang melawan penjajahBelanda. Namun Arung Palakka bernasib tidak mujur dalam sejarah, karenastandar penilaian yang Latoa tidak sama dengan standar penilaian yangLamuda. Menurut Latoa belum dikenal apa yang disebut dengannasionalisme Indonesia, karena paham nasionalisme itu baru ada dalambuku Lamuda. Nah para ahli sejarah kita, atau menurut julukan yangdiberikan oleh A.Muis para tukang dongeng, tidak berlaku adil terhadapArung Palakka. Apa itu yang disebut adil? Menempatkan sesuatupada tempatnya. Maka peristiwa di zamannya Arung Palakka haruslah puladitempatkan standar itu menurut kriteria Latoa. Kalau standar penilaianArung Palakka memakai kriteria Lamuda itu namanya tidak menempatkanstandar itu pada tempatnya, dan itu artinya tidak adil. Artinya ArungPalakka harus dinilai menurut Latoa, yaitu belum ada pahamnasionalisme. Kerajaan-kerajaan di Nusantara adalah kerajaan yangmerdeka dan berdaulat masing-masing. Maka Arung Palakka adalah pahlawanKerajaan Bone.

Lalu apakah Arung Palakka juga seorang pahlawan kemanusiaan? Tunggudahulu, ini perlu pembahasan, oleh karena kemanusiaan itu tidakmengenal perbedaan antara standar yang Latoa ataupun yang Lamuda.Standar penilain yang dipakai untuk kemanusiaan perlu standar yangtidak lekang karena panas, tidak lapuk karena hujan. Yaitu standar yangberlandaskan nilai mutlak, standar yang ditentukan oleh Allah SWT,seperti FirmanNya dalam S. Al Hajj 39 dan 40:

Udzina lilladziena yuqatiluwna biannahum dzhulimuw wa inna Llaha’ala nashrihim laqadier. Alladziena ukhrijuw min diyarihim bi qhayrihaqqin illa an yaquwluwna rabbuna Llah, diizinkan berperang bagi merekayang dizalimi dan sesungguhnya Allah berkuasa memenangkan mereka. Yaitumereka yang diusir dari tanah airnya dengan tidak semena-mena, hanyakarena mereka berkata Maha Pengatur kami adalah Allah.

La Maddaremmeng, Raja Bone ke-13, menerapkan Syari’at Islam denganmurni dan konsekwen. La Maddaremmeng memakai prinsip Rabbuna Llah, MahaPengaturku adalah Allah, memakai aturan menurut Allah dalam kerajannya.Sebenarnya La Maddaremmeng ini perlu diangkat dalam sejarah, bahwa iamendahului gerakan Paderi di Minangkabaw. La Maddaremmeng adalahPahlawan Islam. Ia memberantas adat kebiasaan yang bertentangan denganSyari’at Islam seperti berjudi, menyabung ayam, minum tuak. Yaitusejalan yang dikemukakan oleh Taunta Salamaka kepada KaraengPattingalloang. Kalau Tauanta Salamaka terpaksa meninggalkan KerajaanGowa, maka Lamaddaremmeng bentrok dengan Kerajaan Gowa yang masihmemelihara tradisi yang bertentangan dengan Syari’at Islam itu. Bonekalah perang, sejumlah rakyatnya ditawan, dikerahkan ke Gowa untukkerja paksa, artinya diusir dari tanah airnya dan dizalimi. ArungPalakka berperang untuk memberantas kezaliman ini. Sampai sejauh iniArung Palakka masih memenuhi kriteria pahlawan kemanusiaan itu menurutstandar Al Quran:
berperang melawan perlakuan terhadap rakyatnya yang zhulimuw, dizalimi,ukhrijuw min diyarihim, diusir dari tanah airnya untuk kerja paksa.

Nabi bersabda: Qulilhaqqa walau kana murran, katakanlah kebenaranitu walaupun pahit. Arung Palakka memerangi Pariaman, daerah asal MaraRusli, pengarang roman Sitti Nurbaya dan roman sejarah La Hami. Buktisejarah bahwa Arung Palakka memerangi dan mengalahkan Pariaman adalahpayung atribut kerajaan itu masih ada sekarang tersimpan di Bone.Sahabat saya mantan Kepala Kanwil Perhubungan Laut, almarhum Drs NormanRazak pernah mengeluh pada saya, katanya: Wah, nenek moyang sayadiambil payung kebesarannya dibawa ke Bone setelah Arung Palakkamengalahkan Pariaman.

Arung Palakka mempunyai hak kebebasan memilih mitranya dari kerajaanmanpun. Namun dengan memerangi Pariaman sebagai persyaratan untukmendapatkan bantuan dari bakal mitranya, yaitu Belanda, ia bertindakmenzalimi sesama manusia, yang dalam hal ini rakyat Pariaman. Daninilah cacat Arung Palakka untuk suatu gelar pahlawan kemanusiaan.WaLlahu a’lamu bishshawab.

*** Makassar, 3 Januari 1993 [H.Muh.Nur Abdurrahman]

108 Comments

  1. pernah nonton film dengan tokoh william wallace yang diperankan oleh ……….. (aku lupa siapa pemerannya, kalau ga salah mel gibson)? tokoh perlawanan skotlandia terhadap kekuasaan kerajaan inggris yang ajalnya berakhir di tiang gantungan. konon tokoh ini memiliki tinggi badan 210cm dengan kemampuan membunuh prajurit inggris 10 orang dalam sekali tebasan pedangnya, terakhir ini konon mitos. tapi tokoh aru palakka bukanlah sebuah mitos, tinggi badannnya yang 210cm bukanlah sekadar rekaan.

    Dulu, ketika masih sering berkunjung ke museum di sebelah TK Matannatikka, saya pernah melihat foto asli beliau berdiri berdampingan dengan spellman, pemimpin tertinggi tentara voc di makassar pada masa itu (terlihat dengan jelas kalau aru palakka lebih tinggi sekitar 20cm dari spellman) serta foto aru palakka dengan la patau dan permaisuri. (Jika ada yang sempat, boleh dong photo-photo tersebut dijepret ulang lalu dikrim ke tanah.bone@yahoo.co.id politea@yahoo.co.id blog ini atau langsung ke saya; chenk.benk@gmail.com)

    ARU PALAKKA:
    kisah tentang perjuangan pembebasan rakyat skotlandia di bawah pimpinan william wallace dari kerangkeng penjajahan kerajaan inggris mempunyai persamaan dengan kisah perjuangan pembebasan rakyat bugis, bone khususnya, di bawah pimpinan aru palakka dari penindasan pembesar-pembesar kerajaan gowa. persamaan kedua tokoh ini tidak hanya pada fisik saja, tetapi juga tentang wawasan kenegaraan. kedua tokoh ini sadar akan pentingnya kemerdekaan sebuah bangsa, pentingnya konsolidasi dan kerjasama dengan kerajaan-kerajaan senasib, dan terakhir, pentingnya otonomi untuk mengelola kerajaan sendiri. jikapun ada perbedaan, aru palakka terlihat lebih cerdik dalam mencari dan menentukan dukungan. sedangkan william wallace hanya berhasil meyakinkan kerajaan-kerajaan kecil atau hanya etnis-etnis tertentu yang masih merupakan sub etnisnya.

    aru palakka, sebelum berhasil menyakinkan pihak belanda, rela mengabdikan dirinya kepada voc dan memberikan bantuan prajurit-prajurit tangguh yang dikenal dengan prajurit angke. konon, aru palakka membangun bala tentaranya di angke (jakarta utara) untuk kembali ke makassar melawan kerajaan gowa. prajurit ini berhasil memadamkan pemberontakan tronokloyo di jawa timur dan membumihanguskan kerajaan pariaman di sumatera. bahkan, payung kebesaran kerajaan pariaman disita dan dibawa pulang ke bone. sejak saat itu, pasukan perang aru palakka boleh dibilang pasukan elit dari sekian banyak pasukan dalam tubuh ketentaraan “bayaran” voc. alhasil, sepak terjang aru palakka mendapat perhatian khusus pimpinan voc di batavia dan menjadikan aru palakka sebagai mitra-strategis yang perlu dan harus. sinergi kedua kekuatan ini berhasil melahirkan ketakutan dan kekuatiran luar biasa di pulau jawa dan sumatera. Sedikit banyaknya, kekuatan gabungan ini berhasil meredam pemberontakan kecil di darat.

    melihat kekuatan dan keberanian pasukan aru palakka, melalui spellman, voc dan aru palakka kemudian menyusun rencana menyerang kerajaan gowa untuk kemudian menyerahkan kendali kerajaan pada aru palakka. dalam penyerangan tersebut, bebarapa kali terjadi gencatan senjata yang kemudian melahirkan perjanjian bungayya. tidak mengherankan kemudian, aru palakka berfungsi ganda sebagai raja bone juga sebagai kaisar dalam kerajaan-kerajaan bugis-makassar lainnya (mengenai hal ini, belum ada sejarahwan yang berani mengakuinya walau fakta-fakta mendukung standar sebuah kekaisaran, seperti perkawinan politik dll).

    (sori ……….. lain kali di sambung…….. ada kerjaan editing)

  2. BONE BRIEF HISTORY The Bugis state of Bone was founded ca.1350, when a union between the seven ancient states of Ujung, Tibojong, Ta, Tanete Riattang, Tanete Riawang, Ponceng and Macege was effected by Mata Selompu. He was invited by the advisory council of seven lords to become the first supreme ruler of the Bone federation. In 1582 Bone, together with Soppeng and Wajo, founded the Tallumpocco alliance which dominated the region for many decades. Islam became the state religion in 1608 when the Arumponi converted and adopted the personal title of Sultan. During the next half-century the state was conquered by Gowa several times, in 1611, 1640 and finally in 1644. On the last occasion it lost its independence and became subject to Makassar. It took another twenty years before Bone regained its independence under ‘Arung Palakka’ in the 1660’s. He developed the Bugis into a great maritime power who allied themselves with the Dutch and dominated the islands for nearly a century. Relations with the Dutch remained relatively stable until the early years of the twentieth century. However, when the Dutch dispatched a pacification force in 1905, the Arumponi fled into the jungles with his nobles and warriors, and prepared for war. After evading troops, he was captured, deposed and exiled to Java. A Council of Nobles administered Bone after 1905, but self-rule was restored in 1931. La Mappanjuki Karaeng Silayar, younger son of the deposed Sultan of Gowa and a grandson of a former Arumponi succeeded. The new ruler served with his father against the Dutch invasion in 1905 and shared his exile for several years. He proved to be no friend of Holland, siding with the Javanese republicans during the independence struggle. He therefore retained an honoured place during the post independence period, occupying several important offices in the provincial administration. His name is revered as one of the founders of Indonesian independence. STYLES & TITLES: The ruling prince: (personal name) (personal titles) Sri Sultan (reign name) ibnu (father’s titles and reign name), Arumponi of Bone, with the style of His Highness. The Heir Apparent: Arung Palakka. The other sons, grandsons and other male descendants of the ruling prince, in the male line: Andi (personal name) (personal titles) The daughters, granddaughters and other female descendants of the ruling prince, in the male line: Andi Siti (personal name) (personal titles) RULES OF SUCCESSION: Selection by the Aruppitu from any member of the dynasty who is of Royal descent through both parents. ORDERS & DECORATIONS: None known. GLOSSARY: Adat: traditional customs, status. Aru: installation ceremony including the act of holding a kris or sword and taking an oath of feilty. Arumponi: “Lord of Bone”, the title borne by the supreme ruler of Bone. Arung: lord, noble, ruler. Arung Palakka: “Lord of Palakka”, the title borne by the heir apparent of Bone. Aruppitu: “the seven lords”, a term applied to the rulers of the seven original states of the federation. Bicara: process of law. Bissu: pre-Islamic holy man, intermediary between the spirit and mortal worlds. Bundu’kasallannga: a term applied to the Islamisation wars of the early seventeenth century. core-core: pre-Islamic holy women, intermediary between the spirit and mortal worlds. Daeng Kalula: an early title for the head of a community or state. Datu: ruler, prince. Gaukeng: sacred object. Gellareng: head of a village or region. Hadat Tinggi: the Makassar House of Lords established under the East Indonesian Federal regime 1946-1950. I La Galigo: the earliest known Bugis epic chronicling the legendary history of Luwu. Kafir: unbeliever. Kali: the chief Islamic official in the kingdom. Kawerrang: a bundle of rice stalks bound together. A term applied to the core of seven states forming the original union of the Bone kingdom. Latoa: a “Mirror of Kings” chronicling the wisdom of the ages and a guide for good government. Mado: an early title for community leader. Makkedangetana: “the spokesman of the land”, the most senior office in the land after the ruler. A title often equated with Prime Minister. Matoa Pitu: “seven elders”. A term applied to the supreme council composed of the rulers of the seven original states of the federation. Pajumpulaweng: the golden umbrella, the most important piece of regalia. Pesse: “pain”, i.e. empathy with one’s fellow man. A term applied to the spiritual unity of the people. Punggawa: commander-in-chief during wartime. Raja Muda: heir apparent, viceroy. Samparajae: “the great defender”, the ruler’s standard, an important part of his regalia. Sarat: Islamic religious council. Sembangang pulaweng: gold chains with pendant medals forming part of the regalia, but originally bestowed by European powers on earlier rulers. Siri: face, as in self-respect or worth. Tautongang: gentry, lower nobility. Tellumpocco: “the three powers”, a term applied to the historic triple alliance between Bone, Wajo and Soppeng. Tomarilaleng Malolo: a high official who serves as the intermediary between the Makkedangetana and the Supreme Advisory Council. Tomarilaleng Matoa: the President of the Supreme Advisory Council. Tomanurung: “he/she who descended”, a term applied to the legendary rulers of the state and their descendants. Torisompai: ‘he who is given obeisance’, a term of address applied to the Arumponi during the reign of Arung Palakka. Watampone: “the trunk of Bone”, a term applied to the seven original states of the federation, after the expansion of the kingdom to include other states. SOURCES: Abdurrazak daeng Patunru, Sedjarah Goa. Jajasan Kebudajaen Sulawesi Selatan dan Tenggara, Makassar, 1967. Leonard Y. Andaya, The Heritage of Arung Palakka: A History of South Sulawesi (Celebes) in the Seventeenth Century. Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde, The Hague, 1981. A. Ligtvoet, “Transcriptie van de Lontara-Bilang of het Dagboek der Vorsten van Gowa en Tello”, Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië, Vierde Volgteeks, Vierde Deel – 1e stuk. Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde, The Hague, 1880. pp 1-259. J. Noorduyn, Bima en Sumbawa: Bijdragen tot de geschiedenis van de sultanen Bima en Sumbawa door A. Ligtvoet en G.P. Rouffaer. Foris Publications, Dordrecht-Holland, 1987. I Jereef, Wilhelmus Theodorus, De wind en de bladeren. Hierarchie en autonomie in Bone en Polombangkeng, 1850-1950, Rijksuniversiteit Groningen, 1994. SPECIAL ACKNOWLEDGEMENT: D. Tick, Pusat Dokumentasi Kerajaan-Kerajaan di Indonesia “Pusaka”. GENEALOGY 1392-1424 Mata Selompu Mapololiteng [Manurung-ri Matajang], Arumpone of Bone. Elected by the Aruppitu as ruler of Bone with the title of Arumpone of Bone after a long period of chaos lasting seven generations. m. To’ Manurung-ri Toro. He d. ca. 1424, having had issue, two sons and four daughters: • 1) Bolong-lelang. He d.s.p. • 2) La Wumassa To’ Mulaiye Panra, Arumpone of Bone – see below. • 1) We Tan-ri Ronrong. She d.s.p. • 2) Pantara Wanuwa. m. La Patikkengki, Arung Palakka. She had issue, two sons and two daughters:  a) La Tan-ri Longorang, of Jallo.  b) La Saliwu Karaeng Pelua’ Pasadowakki, Arumpone of Bone – see below.  a) We Tan-ri Pappang. m. La Tan-ri Lappang, Arung Kaju. She had issue, three sons:  i) La Tan-ri Jallo.  ii) La Tan-ri Akka.  iii) La Tan-ri Bali, Arung Kaju. m. We Ban-ri Gau Daeng Marawa Makalappi Bisu-ri La Langpili Patta-ri La We Larang Malajangi-ri Jina, Arumpone of Bone (d. ca. 1490), daughter of La Saliwu Karaeng Pelua’ Pasadowakki, Arumpone of Bone. He had issue, seven sons and two daughters – see below.  b) We Tan-ri Ronrong. m. La Paonro, Arung Pattiru. She had issue, a son:  i) La Sattia. m. We Tan-ri Bali. • 3) We Tan-ri Salogan. m. La Ranringmusu, Arung Uting. She had issue:  a) Baittie. m. La Tanrowaji. • 4) We Arantiega. m. La Patongarang, Arung Tanette. She had issue, a son:  a) La Tan-ri Pamidu La Pellong. Copyright© Christopher Buyers 1424 – 1441 La Wumassa [To’ Mulaiye Panreng], Arumpone of Bone, eldest son of Mata Selompu Mapololiteng, Arumpone of Bone. Succeeded on the death of his father, ca. 1366. m. (morganatic) a daughter of Matowa Chiong. He d. ca. 1398, having had issue, two sons (not in line of succession): o 1) To’ Sawaling. o 2) To’ Salawakkang. Copyright© Christopher Buyers 1441 – 1470 La Saliwu Karaeng Pelua’ [Pasadowakki], Arumpone of Bone, eldest son of La Patikkengki, Arung Palakka, by his wife, Pantara Wanua, eldest daughter of Mata Selompu Mapololiteng, Arumpone of Bone. Succeeded his maternal uncle, ca. 1441. m. (first) We Tan-ri Rompong, daughter of Arung Patjing. m. (second) We Tan-ri Pawallu, daughter of Arung Tanette. m. (third) We Tan-ri Pamidu, daughter of Arung Tanette. He d. ca. 1470, having had issue, one son and two daughters: • 1) La Mapasassu (s/o We Tan-ri Pawallu). m. We Tan-ri Lekka. He had issue, one son and four daughters: • a) La Tan-ri Gielieng Magadienge. • a) We Tan-ri Bole. • b) We Tan-ri Isa. m. Arung Palanna. • c) We Tan-ri Lotong. Copyright© Christopher Buyers • d) We Tan-ri Sungki. m. La Tan-ri Sukki Mappajungi, Arumpone of Bone, eldest son of We Ban-ri Gau Daeng Marawa Makalappi Bisu-ri La Langpili Patta-ri La We Larang, Arumpone of Bone – see below. • 1) We Ban-ri Gau, Arung Majang, who succeeded as We Ban-ri Gau Daeng Marawa Makalappi Bisu-ri La Langpili Patta-ri La We Larang (s/o We Tan-ri Rompong) – see below. • 2) We Tan-ri Ori (d/o We Tan-ri Pamidu). Copyright© Christopher Buyers 1470 – 1490 We Ban-ri Gau Daeng Marawa Arung Majang Makalappi Bisu-ri La Langpili Patta-ri La We Larang [Malajangi-ri Chiena], Arumpone of Bone, daughter of La Saliwu Karaeng Pelua’ Pasadowakki, Arumpone of Bone. Styled Arung Majang before her accession. Succeeded on the death of her father, ca. 1470. m. La Tan-ri Bali, Arung Kaju, son of La Tan-ri Lappang, Arung Kaju, by his wife, We Tan-ri Pappang, daughter of La Patiengki, Arung Palakka. She d. ca. 1490, having had issue, seven sons and two daughters: • 1) La Tan-ri Sukki Mappajungi, Arumpone of Bone – see below. • 2) La Tan-ri Garra Arung Majang. m. We Tan-ri Sumpala, daughter of Arung Mampua. He had issue, two sons and two daughters: • a) La Tan-ri Sumpu To’ Saliwu-ri Awang. • b) La Pasci. m. I-Mangiele. • a) Mangampe Walieda. m. La Gome To’ Saliwu Madanrang Palakka. She had issue, a son: • i) La Saliwu. • b) We Tan-ri Tippa. • 3) La Tan-ri Garra To’ Apasabie. He d. unm. • 4) La Panawungi To’ Wapawawoi. m. We Tan-ri Isa. He had issue, three sons and one daughter: • a) La Bata. Copyright© Christopher Buyers • b) La Patawang, Arumpone of Bone – see below. • c) La Palippui. • d) La Manaung, Arung Lotong. m. (first) a daughter of Daeng Sagala Arung Palama. m. (second) We Mapasurung Sukku Manasa, daughter of Arung Patchieng. He had issue, by his second wife, three sons and one daughter: • i) Daeng Kallieng. • ii) La Sangrangang. • iii) La Karamuso. • i) La Maliung (eldest child). • a) Daeng Soreang Arung Kaju. • 5) La Patadungi To’ Pasampoi. m. Malu. • 6) La Tan-ri Galla Datta-ri Gas. • 7) La Tanampara. • 1) We Tan-ri Taluru Datta-ri Pali. m. To’ Tanri Pallaka. She had issue, two daughters:  a) We Tan-ri Isa.  b) We Tan-ri Palessi. m. La Taubawang, Arung Biru. She had issue, two sons:  i) La Gome To’ Saliwu Madanrang Palakka.  ii) La Tan-ri Sampuri To’ Saliwu-ri Awang Arung Awang Pone. He had issue, a son:  (1) La Tona Matowa Bulu. • 2) We Tan-ri Samungang. m. La Tan-ri Magadienge Arung Pattiru. She had issue, a son:  a) We Tan-ri Iwang Daeng Rae. m. Luliwu, 6th Arumpone of Bone – see below. Copyright© Christopher Buyers 1490 – 1517 La Tan-ri Sukki Mappajungi, Arumpone of Bone, eldest son of We Ban-ri Gau Daeng Marawa Makalappi Bisu-ri La Langpili Patta-ri La We Larang, Arumpone of Bone. Succeeded on the death of his mother, ca. 1490. Successfully repulsed a major invasion by Datu Kelali, the ruler of Luwu. m. We Tan-ri Sungki, youngest daughter of his maternal uncle, La Mapasassu, by his wife, We Tan-ri Lekka. He d. 1517, having had issue, a son: • 1) La Wulio Boti, Arumpone of Bone – see below. • 1) We Tan-ri Galla. m. Opu Dala Arung Kung. She had issue, four daughters:  a) We Tan-ri Gau [We Tan-ri Pakuwa]. She d. unm.  b) We Tan-ri Passi.  c) We Tan-ri Ruwa.  d) We Tan-ri Liwang. • 2) To’ Malotongi Daeng Rae. She d. unm. Copyright© Christopher Buyers 1517 – 1542 La Wulio Boti [MatinroE-ri Tarrung], Arumpone of Bone, son of La Tan-ri Sukki Mappajungi, Arumpone of Bone, only son of La Tan-ri Sukki Mappajungi, Arumpone of Bone, by his wife, We Tan-ri Sungki. Succeeded on the death of his father, 1517. He was the first Ranreng. m. (first) We Tan-ri Iwang Daeng Rae, daughter of La Tan-ri Magadienge Arung Pattiru, by his wife, We Tan-ri Samungang, younger daughter of We Ban-ri Gau Daeng Marawa Arung Majang Makalappi Bisu-ri La Langpili Patta-ri La We Larang [Malajangi-ri Chiena], Arumpone of Bone. m. (second) We Tan-ri Gau, daughter of the Arung of Mampua. He d. 1542, having had issue, four sons and several daughters, including: • 1) La Icha, 8th Arumpone of Bone (s/o We Tan-ri Iwang) – see below. • 2) La Tan-ri Rawe Bongkange, Arumpone of Bone (s/o We Tan-ri Iwang) – see below. • 3) Sakurudaji (s/o We Tan-ri Gau). • 4) Daeng Palipuna (s/o We Tan-ri Gau). m. Daeng Soreang, of Kaiyu. He had issue, three daughters: • a) We Tan-ri Parola. m. La Patiekka Arung Sumaling. She had issue, one son and three daughters:  i) La Petappirang La Pachai.  i) We Tan-ri Bakarang. Copyright© Christopher Buyers  ii) We Tan-ri Berawang. m. La Sada.  iii) We Tan-ri Wempengang. m. La Uncha Arung Paiju. • b) We Tan-ri Pati. m. La Parenrengang, Arung Maraongieng. She had issue, two daughters:  i) La Bie Maroangieng. m. La Tan-ri Anglisu Arung Urang. She had issue:  (1) Puwanna Challa.  ii) La Bie-Kayu. m. La Tan-ri Ranrang, son of I-Dangka We Tan-ri Tuppu, Arumpone of Bone, by her first husband, To’ Rilettowi, Arung Mampua. She had issue, a son – see below. • c) I-Dangka We Tan-ri Tuppu, Arumpone of Bone (d/o Daeng Palipuna) – see below. • 1) We Tan-ri Pakuwa [We Tan-ri Pauang] (d/o We Tan-ri Iwang). m. La Makkaroda To’ Tan-ri Bali, 12th Daeng Soppeng-ri Lau, and 12th Datu Mario-ri Wawo, son of We Muliang, 11th Daeng Soppeng-ri Lau, and 11th Datu Mario-ri Wawo, daughter of We Temmabuleng, 10th Datu Mario-ri Wawo. She had issue, a daughter:  a) We Tan-ri Lekke La Bie-ri Mario I-Dakka Mangka, 13th Datu Mario-ri Waw. m. (first) La Tan-ri Ruwa Paduka Sri Sultan Adam, Arumpone of Bone, son of La Saliwu, Arung Pattiru, by his wife, We Limpa, younger daughter of La Wulio Boti, Arumpone of Bone. She had issue – see below. m. (second) Tosinga, of Patoosje. She had further issue, by her second husband:  i) a daughter. m. Datu of Soppeng. • 2) We Limpa (d/o We Tan-ri Iwang). m. La Saliwu, Arung Pattiru. She had issue, a son:  a) La Tan-ri Ruwa, Arung Palakka, who succeeded as La Tan-ri Ruwa Paduka Sri Sultan Adam, Arumpone of Bone – see below. • 3) Daeng Rae Matinruwi-ri Bichuri (d/o We Tan-ri Iwang). Copyright© Christopher Buyers 1542 – 1584 La Tan-ri Rawe Bongkange [MatinroE-ri Guchina], Arumpone of Bone, elder son of La Wulio Boti, Arumpone of Bone. Succeeded on the death of his father, 1542. m. We Tan-ri Pakiu, Arung Timurang (m. second, 1584, La Icha [MatinroE-ri Adenena], Arumpone of Bone). He d.s.p. 1584, having had issue: • 1) La Magalatung. He d. unm. • 2) Puwanna-ri Sompa. Copyright© Christopher Buyers 1584 – 1595 La Icha [MatinroE-ri Adenena], Arumpone of Bone, second son of La Wulio Boti, Arumpone of Bone. Succeeded on the death of his elder brother, 1584. m. 1584, We Tan-ri Pakiu, Arung Timurang, his brother’s widow. He was k. by his subjects, on the stairs of his palace, 1595, having had issue, one son and two daughters: • 1) La Tan-ri Pala To’Akkepeang Paduka Sri Sultan ‘Ala ud-din, Arumpone of Bone (s/o We Tan-ri Pakiu) – see below. • 1) We Tan-ri Jallo. m. La Patikka, Arung Sumaling. She had issue, two sons, and one daughter.  a) La Ma’darammang, who succeeded as H.H. La Ma’darammang Opu Na Pakokoa Paduka Sri Sultan Saleh ibni al-Marhum Sultan Adam, Arumpone of Bone – see below.  b) La Tan-ri Aji To’ Sanrima Arung Kung [MatinroE-ri Siyang]. Forced to flee to Luwu, together with his brother, 8th October 1643. Secretly returned to Bone and raised a rebellion November 1643. Defeated in the second battle of Passempi, taken prisoner and removed to Gowa, 1644. He was k. on an expedition to Siang, 18th March 1645.  a) We Tan-ri Amparang. m. To’ Nippi, Arung Salangketo. • 2) I-Makkalaruwa. She had issue. Copyright© Christopher Buyers 15xx – 1590 La Patawang [MatinroE-ri Battu], 9th Arumpone of Bone, grandson of Barrigau, Arumpone of Bone, son of La Panawungi To’ Wapawawoi. Succeeded on the death of his brother-in-law, 1590. m. Arung Kaju (d.s.p.). He was k. by his relatives, 1590. 1590 – 1607 I-Dangka We Tan-ri Tuppu [MatinroE-ri Sidenreng], Arumpone of Bone, only daughter of Daeng Palipuna, by his wife, Daeng Soreang, of Kaiyu. Succeeded on the death of her father, 1590. Abdicated in favour of her husband as rule by females was not in keeping with Islam, 1607. m. (first) To’ Rilettowi, Arung Mampua. m. (second) Arung Barabo. m. (third) La Tan-ri Ruwa Paduka Sri Sultan Adam [MatinroE-ri Bantaeng], Arumpone of Bone (d. 28th October 1631), son of La Saliwu, Arung Pattiru, by his wife, We Limpa, younger daughter of La Wulio Boti, Arumpone of Bone – see below. She had issue, two sons and two daughters by her first husband, and one son by her second: • 1) La Tan-ri Ranrang (s/o Arung Mampua). m. La Bie-Kayu, daughter of La Parenrengang, Arung Maraongieng, by his wife, We Tan-ri Pati, younger daughter of Daeng Palipuna. He had issue, a son: • a) La Tan-ri Sienga. m. Pole Datu. He had issue, four sons and one daughter: • i) La Pariasi. • ii) La Palemba. • iii) La Pasampo. • iv) La Pasomparrang. • i) Daeng Akke. Copyright© Christopher Buyers • 2) La Madusila (s/o Arung Mampua). m. a Princess of Soppeng, mother of La Tan-ri Baang Datu Soppeng. • 3) La Pasaro (s/o Arung Barabo). m. a lady from Roe. He had issue, a son: • a) La Toga. m. Arung Matuju. • 1) Kunangi (d/o Arung Mampua). m. La Tan-ri Pala To’ Wakepeyang Paduka Sri Sultan ‘Ala ud-din, Arumpone of Bone (d. at Tallo, 13th August 1630), son of La Icha, Arumpone of Bone, by his wife, We Tan-ri Pakiu, Arung Timurang – see below. • 2) Maputi Iesina (d/o Arung Mampua). Copyright© Christopher Buyers 1607 – 1608 La Tan-ri Ruwa Paduka Sri Sultan Adam [MatinroE-ri Bantaeng], Arumpone of Bone, son of La Saliwu, Arung Pattiru, by his wife, We Limpa, younger daughter of La Wulio Boti, Arumpone of Bone. Appointed as Arung Palakka. Succeeded on the abdication of his first wife, 1607. Deposed for urging his people to accept Islam, 1608. m. (first) We Tan-ri Lekke La Bie-ri Mario I-Dakka Mangka, 13th Datu Mario-ri Wawo, daughter of La Makkaroda To’ Tan-ri Bali, 12th Daeng Soppeng-ri Lau, and 12th Datu Mario-ri Wawo, by his wife, We Tan-ri Pakuwa, eldest daughter of La Wulio Boti, Arumpone of Bone. m. (second) We Tan-ri Soloreng, Datu Pattiru. He d. 28th October 1631, having had issue, two daughters: • 1) We Tan-ri Suwi, 14th Datu Mario-ri Wawo (d/o La Bie-ri Mario). m. La Pottobunna, Arung Tanatenga, Datu Lompulle’, son of Datu Udampule, Arung Tanatenga, a nobleman from Soppeng. She d. ca. 1660, having had issue, two sons and nine daughters:  a) Arung Tanatenga. b. before 1634. He d. before 1678, having had issue:  i) Arung Toala’.  b) H.H. La Tan-ri Tatta To’ Urong To-ri Sompi Patta Malampei Gammana Daeng Serang To’ Appatunru Paduka Sri Sultan Sa’ad ud-din – see below.  a) Daeng Ira. Copyright© Christopher Buyers  b) We Tan-ri Lekki Daeng Emba. m. (first) To’ Malagu, Datu of Luwu. m. (second) I-Mappajanji Daeng Matayang Kasim, Karaeng of Tanette (b. 21st February 1649 d. 9th May 1716), second son of Daeng Matiring Ibrahim, Karaeng of Tanette, by his wife, I-Tumbu, daughter of a King of Gowa. She had issue, two daughters – see Indonesia (Tanette).  c) We Kajupa Daeng Ompu, Datu Chitta. m. To’ Dani Daeng Chitta Arung Bakka, Adatuwang of Sawito (m. second (div. 1678), her younger sister, We Tan-ri girang. m. third, a princess of Sawitto, and was k. at Salemo, 11th February 1681). She d. 19th December 1702.  d) We Te’ Mappolo-bombang Daeng Upi [MatinroE ri-Alaoena-Apasarang]. b. after 1635. m. at Ujung Pandang, 16th May 1671, La Pakkoku To’ Angkone Taddampali, Arung Timurang, Arung Ugi, and Arung Ranreng Tua, younger son of La Ma’darammang Opu Na Pakokoa, Arumpone of Bone. She d. 12th March 1692, having had issue, two sons – see below.  e) We Tan-ri Wempeng.  f) We Tan-ri Abang Daeng Emba, 16th Datu Mario-ri Wawo. m. I-Mappajanji Daeng Matayang Kasim, Karaeng of Tanette (b. 21st February 1649 d. 9th May 1716), second son of Daeng Matiring Ibrahim, Karaeng of Tanette, by his wife, I-Tumbu, daughter of a King of Gowa. She d. 22nd May 1698, having had issue, a daughter – see Indonesia (Tanette).  g) Datu Mari-mari. She d. 18th January 1702.  h) Arung Meru. She d. 8th September 1703.  i) We Tan-ri Girang. m. (div. 1678) To’ Dani Daeng Chitta Arung Bakka, Adatuwang of Sawito (k. at Salemo, 11th February 1681) – see Indonesia (Sawito). • 2) We Tan-ri Tello. She d. 17th August 1686. Copyright© Christopher Buyers 1608 – 1626 La Tan-ri Pala To’ Wakepeyang Paduka Sri Sultan ‘Ala ud-din [MatinroE-ri Tallo], Arumpone of Bone, son of La Icha, Arumpone of Bone, by his wife, We Tan-ri Pakiu, Arung Timurang. Styled Arung Timurung before his accession. Raised to the throne on the deposition of Sultan Adam, 1608. The first ruler to embrace Islam when he assumed the title of Paduka Sri Sultan ‘Ala ud-din, 1611. He fled to Tallo with his son, 1626. m. (first) ca. 1597, We Tan-ri Wajo, elder daughter of La Mappepulu To’ Appamole, Arung Matowa of Wajo, by his wife, We Temmaduppa, daughter of the Arung Lompengang. m. (second) Daeng Male, Arung Paneki, widow of La Tan-ri Semputungeng Passari, Datu Pammana. m. (third, or first?) Kunangi, elder daughter of I-Dangka We Tan-ri Tuppu [MatinroE-ri Sidenreng], Arumpone of Bone, by her first husband, To’ Rilettowi, Arung Mampua. He d. at Tallo, 13th August 1630, having had issue, two sons and one daughter: • 1) Daeng Pabila. Fled to Tallo with his father, 1626. Punggwa (C-in-C) of the Bone forces. Secretly returned to Bone with Arung Kung and raised a rebellion November 1643. Defeated in the second battle of Passempi, taken prisoner and removed to Gowa, 1644. Escaped and returned to Bone, 7th August 1660. He was k. (executed) on the orders of Sultan Sa’ad ud-din, May 1673. • 2) Patta Ujung (s/o Kunangi). He had issue, a son: • a) Matinrowe-ri Ujusuna. He had issue, a son: • i) Matinrowe-ri Karusi. He had issue, one son and one daughter: • (1) Matinrowe-ri Lompu. Tomarilalang. • (1) Arung Tajung. m. Matinrowe-ri Salassana, sometime Pungwwa of Luhu. • 1) Daeng Abba (d/o Kunangi). m? H.H. I-Mannuntungi Daeng Mattula Karaeng Ujung Karaeng Lakiung Paduka Sri Sultan Muhammad Malik us-Said ibni al-Marhum Sultan ‘Ala ud-din [Tumenanga-ri Papambatuna], Sultan of Gowa (b. 11th December 1605; d. 6th December 1653), eldest son of I-Manga’rangi Daeng Manra’bia Paduka Sri Sultan ‘Ala ud-din, Sultan of Gowa, by his wife, I-Mainung Daeng Mattyini Karaeng Bontowa (d. 12th May 1648), elder daughter of Daeng Melu Karaeng Kasaurrang – see Indonesia (Gowa). Copyright© Christopher Buyers 1626 – 1643 H.H. La Ma’darammang Opu Na Pakokoa Paduka Sri Sultan Saleh ibni al-Marhum Sultan Adam [MatinroE-ri Bukaka], Arumpone of Bone (first time) – see below. Copyright© Christopher Buyers 1643 – 1660 To’ Bala’, Arung Tanete Riawang. Regent appointed by Gowa with the title of Jennang, November 1643. Rebelled against Gowan rule, 7th August 1660. Copyright© Christopher Buyers 1660 – 1667 Arung Amali. Regent appointed by Gowa with the title of Jennang. Copyright© Christopher Buyers 1626-1643 and 1667-1672 H.H. La Ma’darammang Opu Na Pakokoa Paduka Sri Sultan Saleh ibni al-Marhum Sultan Adam [MatinroE-ri Bukaka], Arumpone of Bone, son of La Patikka, Arung Sumaling, by his wife, We Tan-ri Jallo, eldest daughter of La Icha, Arumpone of Bone. Succeeded on the deposition of his uncle, 1626. Forced to flee to Luwu, together with his brother, 8th October 1643 when attacked by the forces of Gowa, Wajo and Soppeng. Restored by the Makassarese, February 1667. Deposed 1672 m. (first) 1630, as her second husband, I-Khadija Daeng Saleng, Arung Ugi, younger daughter of La Pakallongi To’ Allinrungi, Arung Matowa of Wajo, by his second wife, Daeng Page, daughter of La Mataesso. m. (second) We Manjili. He d. at Bukaka, 5th August 1678, having had issue, three sons and one (or three) daughters: • 1) La Pakkoku To’ Angkone Taddampali, Arung Timurang, Arung Ugi, and Ranreng Tua (s/o Daeng Saleng). m. at Ujung Pandang, 16th May 1671, We Te’ Mappolo-bombang Daeng Upi [MatinroE ri-Alaoena-Apasarang] (b. after 1635; d. 12th March 1692), daughter of La Pottonune, Arung Tanate, by his wife, We Tan-ri Sui, Datu Mario-ri Wawo, daughter of La Tan-ri Rua Sultan Adam, 11th Arumpone of Bone. He d. 19th March 1697, having had issue, two sons: • a) La Magalatung. Copyright© Christopher Buyers • b) H.H. La Patau Paduka Sri Sultan Idris Azim ud-din, 15th Arumpone of Bone – see below. • 2) Daeng Memang. • 3) To’ Passarai. • 1) Daeng Umpu (d/o Daeng Saleng). m. La Anchu Arung Paijo. She had issue, a son: • a) La Tan-ri Lesang, Pangkajene. • 2)? …, who had issue: • a) La To’ Masonge, Arumpone of Bone – see below. • 3)? …, who had issue: • a) Arung Temujung [To’ Mojong]. m. at Selangor, July 1780, as her third husband, Y.A.M. Raja Puneh binti al-Marhum Sultan Saleh al-din, Tengku Ampuan, former wife of Raja ‘Ali of Riau, and before that Raja ‘Abdu’llah of Kedah, and eldest daughter of H.H. Sultan Saleh al-din Shah ibni al-Marhum Raja Chelak, Sultan of Selangor, by his first wife, a younger daughter of Paduka Seri Sultan Ala ud-din Ri’ayat Shah bin Daeng Rilaga, 1st Yang di-Pertuan Muda of Riau. He had issue, a daughter: • i) H.H. Raja Basik binti Arung To’ Mojong, Tengku Ampuan. m. as his first wife, H.H. Sultan Muhammad Shah ibni al-Marhum Sultan Ibrahim, Sultan of Selangor (b. 1772; d. 6th January 1857), third son of H.H. Sultan Ibrahim Shah ibni Sultan Saleh ud-din, Sultan of Selangor, by his fourth wife, Che’ Besar Halija, elder daughter of Dato’ Husain bin Pakjong, Dato’ Sri Maharaja Lela. She had issue, one son and one daughter – see Malaysia (Selangor). Copyright© Christopher Buyers 1672 – 1696 H.H. La Tan-ri Tatta To’ Urong To-ri Sompi Patta Malampei Gammana Daeng Serang To’ Appatunru Paduka Sri Sultan Sa’ad ud-din [MatinroE-ri Bontowala], Arumpone of Bone. b. at Lamatta, Mario-ri Wawo, Soppeng, 15th September 1634, son of La Pottobunna, Arung Tana Tenga, by his wife, We Tan-ri Suwi, Datu Mario-ri Wawo, daughter of La Tan-ri Ruwa Paduka Sri Sultan Adam, Arumpone of Bone, educ. privately. Succeeded his mother as 15th Datu Mario-ri Wawo. Granted the title Arung Palakka as a reward for freeing his people from slavery in Makassar. Recognised by the Dutch as Arung Pattiru, Palette and Palakka in Bone and Datu Mario-ri Wawo in Soppeng, as well as Bantaeng and Bontoala, 1670. Proclaimed on the deposition of his maternal uncle, 1672. Installed with the title of Paduka Sri Sultan Sa’ad ud-din, 3rd November 1672. m. (first) (div.) Arung Kaju. m. (second) 16th March 1668 (div. 26th January 1671), Sira Daeng Talele Karaeng Ballajawa (b. 10th September 1634; d. 11th February 1721), former wife of Karaeng Bontomaronu, and of Karaeng Karunrung ‘Abdu’l Hamid, former Tuma’bicara-butta of Gowa, younger daughter of I-Mallewai Daeng Ma’nassa Karaeng Mataoya, Karaeng of Chenrana and sometime Tumalailang of Gowa, by his wife, Daeng Mangeppe, daughter of I-Mallingkaang Daeng Mannyon-ri Karaeng Matoaya Sultan ‘Abdu’llah Awwal al-Islam, Karaeng of Tallo. m. (third) at Soppeng, 20th July 1673, We Tan-ri Pau Adda Sange Datu-ri Watu [MatinroE-ri Madello], Datu of Soppeng, former wife of La Suni, Adatuwang of Sidenreng, and daughter of La Tan-ri Bali Beowe II, Datu of Soppeng – see Indonesia (Soppeng). m. (fourth) 14th September 1684, Daeng Marannu, Karaeng of Laikang (d. 6th May 1720), former wife of Karaeng Bontomanompo Muhammad, and daughter of Pekampi Daeng Mangempa Karaeng Bontomaronu, of Gowa – see Indonesia (Laikang). He d.s.p. at Bontowala, 6th April 1696 (bur. Bontobiraeng). 1696 – 1714 H.H. La Patau Paduka Sri Sultan Idris Azim ud-din [MatinroE-ri Nagawuleng], Arumpone of Bone. b. 3rd November 1672, son of La Pakkoku To’ Angkone Taddampali, Arung Timurang, Ugi, and Ranreng Tua, by his wife, We Te’ Mappolo-bombang Da Upi, daughter of La Pottonune, Arung Tanate, educ. privately. Appointed as Heir Apparent by his uncle and invested with the title of Arung Palakka, October 1681. Datu of Soppeng 1708-1714. Succeeded his maternal uncle, 6th April 1696. m. (first) I-Jummu We Umung Opu La Rompong [Pawelai Bolajala’jae], Arung Larompong (d. 29th August 1721), daughter of La Mappadang Daeng Massuro Sultan Muhammad Muhi ud-din, Datu of Luwu. m. (second) 4th April 1687, I-Mariama [Mariam] Karaeng Patukangang La Mozossong-ri (b. 9th February 1674; d. 26th July 1693), daughter of H.H. Paduka Sri Sultan Fakhr ud-din ‘Abdu’l Jalil ibni al-Marhum Sultan Muhammad Bakar Hasan ud-din, Sultan of Gowa, by his wife, Daeng Bau’ Bone. m. (fourth) La Ntongang, Arung Panjili. m. (fifth) (morganatic) Dala Marusu. m. (sixth) I-Bajang. m. (seventh) (morganatic) Ruqaya Dala Bantaeng (d. at Chenrana, 1st March 1713). He d. at Bontowala, 16th September 1714 (bur. Nagawuleng), having had issue, eight sons and three daughters: • 1) Daeng Bonto Karaeng Anamonjong Ismail, who succeeded as H.H. La Parappa To’ Aparapu Sappewali Daeng Bonto Madanrang Karaeng Anamonjang Paduka Sri Sultan Shahab ud-din Ismail ibni al-Marhum Sultan Idris Azim ud-din, Sultan of Gowa, Arumpone of Bone, and Datu of Soppeng (s/o Mariam) – see below. • 2) Datu Puwanna Karaeng Katangka I-Matta Sulaiman, who succeeded as H.H. La Padang Sajati To’ Apawara Paduka Sri Sultan Sulaiman ibni al-Marhum Sultan Idris Azim ud-din, Arumpone of Bone (s/o Mariam) – see below. • 3) Karaeng Bisei ‘Abdu’llah Mansur, Arung Mampua, who succeeded as H.H. La Panaongi To’ Pawawoi Arung Mampua Karaeng Bisei Paduka Sri Sultan ‘Abdu’llah Mansur ibni al-Marhum Sultan Idris Azim ud-din, Arumpone of Bone (s/o Mariam) – see below. • 4) La Mappasuri, Arung Apala. He d. at Bawiang. Copyright© Christopher Buyers • 5) La Maddi. Fl. in Sakuwala, in the Spermundes islands in 1726. • 6) Datu Baringang La Temasongang ‘Abdu’l Razzaq, who succeeded as H.H. La Mappasossong To’ Appaware’ Petta Paduka Sri Sultan ‘Abdu’l Razzaq Jalal ud-din ibni al-Marhum Sultan Idris Azim ud-din, Arumpone of Bone and Datu of Soppeng (s/o Dala Maru) – see below. • 7) Datu Laisu Arung Panjili La Tongang, Datu of Soppeng (s/o I-Bajang) – see Indonesia (Soppeng). • 8) La Wattaeng, Arung Bakka. m. Daeng Matanang, eldest daughter of his brother, H.H. La Mappasossong To’ Appaware’ Petta Paduka Sri Sultan ‘Abdu’l Razzaq Jalal ud-din ibni al-Marhum Sultan Idris Azim ud-din [MatinroE ri-Malimungang], Arumpone of Bone, fourth son of H.H. La Patau Paduka Sri Sultan Idris Azim ud-din, Arumpone of Bone, by his seventh and morganatic wife, Dala Maru, educ. privately. Appointed as Pungwwa with the title of Datu Baringang 1736. Appointed as Heir Apparent of Bone and invested with the title of Arung Palakka, 5th February 1738. Datu of Soppeng 1749. Proclaimed on the death of his half-sister, 2nd November 1749. Installed 8th October 1752. m. (first) Daeng Balusu. He had issue, a son: • a) La Tan-ri Tappu To’ Appaliweng, Arung Timurang, who succeeded as H.H. La Tan-ri Tappu To’ Appaliweng Arung Timurang Paduka Sri Sultan Ahmad as-Saleh Shams ud-din, Arumpone of Bone – see below. • 1) Karaeng Champagaya I-Mangurangi Siti Haibatu’llah. b. 17th May 1688 (d/o Mariam). She d. 13th September 1699. • 2) Bata-ri Toja Daeng Talaga Arung Timurung Datu-ri Chitta, who succeeded as H.H. Bata-ri Toja Daeng Talaga Arung Timurung Datu-ri Chitta Sultana Zainab Zakiat ud-din binti al-Marhum Sultan Idris Azim ud-din, Arumpone of Bone, Datu of Luwu, and Datu of Soppeng (d/o I-Jummu) – see below. • 3) We Yannebanna Dapatola (d/o Mariam). She d. young. Copyright© Christopher Buyers 1714 – 1715 H.H. Bata-ri Toja Daeng Talaga Arung Timurung Datu-ri Chitta Sultana Zainab Zakiyat ud-din binti al-Marhum Sultan Idris Azim ud-din [MatinroE-ri Tipuluna], Arumpone of Bone (first time) – see below. Copyright© Christopher Buyers 1715 – 1720 H.H. La Padang Sajati To’ Apawara Paduka Sri Sultan Sulaiman ibni al-Marhum Sultan Idris Azim ud-din [MatinroE-ri Beula], Arumpone of Bone. b. 23rd September 1691, second son of H.H. La Patau Paduka Sri Sultan Idris Azim ud-din, Arumpone of Bone, by his third wife, I-Mariama Karaeng Patukangang La Mozossong-ri, daughter of H.H. Paduka Sri Sultan Fakhr ud-din ‘Abdu’l Jalil ibni al-Marhum Sultan Muhammad Bakar Hasan ud-din, Sultan of Gowa, educ. privately. Appointed as Heir Apparent an invested with the title of Arung Palakka, 1710. Styled Datu Puanna I Matta. Datu of Soppeng 1714-1720 and 1724-1728. Succeeded his half-sister, as Arumpone of Bone, 5th August 1715. Installed, 13th August 1715. Deposed in favour of his sister, 20th January 1720. m. (first) 1708, Siti Zainab (b. 2nd August 1693; k. with his family, at Wilulang, near Luwu, 1728), elder daughter of Pakampi Daeng Mangemba, Arung Matowa Tanette, Regent of Sijang, by his wife, Daeng Mattini Karaeng Bontoramba, daughter of Karaeng Karunrung ‘Abdu’l Hamid, sometime Tuma’bicara-butta of Gowa. m. (second) m. 24th May 1718, Siti Nafisah Karaeng Tabaringang (cre. 3rd June 1718) (b. 8th February 1706), daughter of H.H. I-Mappaurangi Karaeng Kanjilo Paduka Sri Sultan Siraj ud-din ibni al-Marhum Sultan ‘Abdu’l Kadir, Sultan of Gowa and Tallo. He was k. with his family, on the orders of his sister, at Wilulang, near Luwu, 1728, having had issue, three sons and one daughter: • 1) I-Matta ‘Abdu’r Rahman Mappatawang. b. 2nd August 1709 (s/o Siti Zainab). • 2) Andi-andi Muhammad Yusuf. b. 24th January 1713 (s/o Siti Zainab). • 3) I-Mappasonri Majang. b. 8th March 1715 (s/o Siti Zainab). He d. ca. at Botowala, 19th October 1719. • 1) I-Maliembasana Siti Rahima. b. 16th January 1711 (d/o Siti Zainab). Copyright© Christopher Buyers 1720 H.H. Bata-ri Toja Daeng Talaga Arung Timurung Datu-ri Chitta Sultana Zainab Zakiat ud-din binti al-Marhum Sultan Idris Azim ud-din [MatinroE-ri Tipuluna], Arumpone of Bone (second time) – see below. Copyright© Christopher Buyers 1720 – 1721 H.H. La Parappa To’ Aparapu Sappewali Daeng Bonto Madanrang Karaeng Anamonjang Paduka Sri Sultan Shahab ud-din Ismail ibni al-Marhum Sultan Idris Azim ud-din, Sultan of Gowa [Tumamenanga-ri Sompaopu], Sultan of Gowa, Arumpone of Bone, and Datu of Soppeng. b. 18th January 1690, eldest son of H.H. La Patau Paduka Sri Sultan Idris Azim ud-din, Arumpone of Bone, by his third wife, I-Mariama Karaeng Patukangang La Mozossong-ri, daughter of H.H. Paduka Sri Sultan Fakhr ud-din ‘Abdu’l Jalil ibni al-Marhum Sultan Muhammad Bakar Hasan ud-din, Sultan of Gowa, educ. privately. Appointed as Heir Apparent of Bone and invested with the title of Arung Palakka, 1696. Proclaimed on the death of his maternal grandfather as Sultan of Gowa, 18th September 1709. Deposed by the nine Bata Salapangas, 24th August 1712. Succeeded on the abdication of his half sister as Arumpone of Bone and Datu of Soppeng, 20th January 1720. Installed 8th October 1720. Deposed by his brother-in-law at Bone, before 16th December 1721. Continued to reign at Soppeng until his death. m. (first) 16th May 1702 (div. 14th February 1708), Siti Rahima Karaeng Pabiniyang (b. 2nd January 1689 d. 27th October 1742), younger daughter of H.H. I-Mappajanji Daeng Matinri Karaeng Kanjilo Paduka Sri Sultan ‘Abdu’l Kadir I ibni al-Marhum Sultan Harun ar-Rashid, Sultan of Tallo, by his third wife, Karaeng Parang-parang Siti Khadija, daughter of I-Mappasosong Daeng Mangngewai Karaeng Bisei Sultan Muhammad ‘Ali ibni al-Marhum Sultan Muhammad Bakar Hasan ud-din, Sultan of Gowa. m. (second) 2nd December 1706, Siti Labiba [Gumitiri] (d. at Chinrana, 3rd March 1713), daughter of Shaikh Yusuf [To’ Iwanta To’ Salamai], by his wife, Kare-Kontu. He d. at Soppeng, 1st April 1724, having had issue, one son and two daughters: • 1) I-Massanglomo Muhammad Sadiq Manrijogau, Arung Sumalieng [MatinroE-ri Salassana]. b. 29th June 1711 (s/o Siti Labiba). Patta Punggwa of Bone. m. Patta Tajung. He had issue, two sons: • a) Arung Sumalieng. m. 11th April 1748 (div. 13th February 1751), Karaeng Limpangang, younger daughter of H.H. I-Mappainga Karaeng Limpangang Paduka Sri Sultan Safi ud-din ibni al-Marhum Sultan Siraj ud-din, Sultan of Tallo. He had issue, a son: • i) ‘Abdu’r Rahman Karaeng Bisei. b. 10th June 1749. Copyright© Christopher Buyers • b) Patta MaintoE-ri Tasiena (s/o Patta Tajung). m. Patta Matowi. • 1) Siti Zainab Karaeng Patukangang. b. 3rd January 1709 (d/o Siti Labiba). m. 16th October 1724, as his second wife, H.H. I-Manariba Karaeng Kanjilo Paduka Sri Sultan Nazim ud-din ibni al-Marhum Sultan Siraj ud-din, Sultan of Tallo (b. 23rd December 1708; d. 1729), eldest son H.H. I-Mappaurangi Karaeng Kanjilo Paduka Sri Sultan Siraj ud-din ibni al-Marhum Sultan ‘Abdu’l Kadir, Sultan of Gowa and Tallo, by his second wife, Siti Zainab Karaeng Balassari. She d. 19th January 1740, having had issue, one son and one daughter – see Indonesia (Tallo). • 2) H.H. I-Tanitaja Maning Ratu Siti Amira [MatinroE-ri Lanna], Arung Palakka. b. 9th May 1711 (d/o Siti Rahima). Appointed as Heiress Apparent of Bone and invested with the title of Arung Palakka 1720. m. 3rd November 1725, H.H. I-Mappainga Karaeng Limpangang Paduka Sri Sultan Safi ud-din ibni al-Marhum Sultan Siraj ud-din [I-Makkasuma], Sultan of Tallo (b. 7th December 1709; d. 1760), third son H.H. I-Mappaurangi Karaeng Kanjilo Paduka Sri Sultan Siraj ud-din ibni al-Marhum Sultan ‘Abdu’l Kadir, Sultan of Gowa and Tallo, by his second wife, Siti Zainab Karaeng Balassari. She d. at Barisallo, 8th January 1779, having had issue, two sons and two daughters:  a) I-Malawanggau Mansur Shah, who succeeded as H.H I-Malawanggau Sultan ‘Abdu’l Khair al-Mansur Shah ibni al-Marhum Sultan Safi ud-din, Sultan of Gowa – see Indonesia (Gowa).  b) H.H I-Mappaba’basa Sultan ‘Abdu’l Kudus ibni al-Marhum Sultan Safi ud-din, Sultan of Gowa – see Indonesia (Gowa).  a) I-Danra-Datu Siti Nafisah Karaeng Langelo, who succeeded as H.H. I-Danraja Siti Nafisah Karaeng Langelo binti al-Marhum, Arumpone of Bone – see below.  b) I-Rida Siti Rahmat. b. 13th October 1730. Copyright© Christopher Buyers 1721 – 1724 H.H. I-Mappaurangi Karaeng Kanjilo Paduka Sri Sultan Siraj ud-din ibni al-Marhum Sultan ‘Abdu’l Kadir [Tuammenang-ri-Pasi in Gowa or Tomamaliang-ri Gaukana in Tallo], Sultan of Gowa and Tallo. Deposed his brother-in-law and installed as Arumpone of Bone, before 16th December 1721. Retired from Bone, 8th January 1724 – see Indonesia (Gowa and Tallo). Copyright© Christopher Buyers 1724 H.H. La Panaongi To’ Pawawoi Arung Mampua Karaeng Bisei Paduka Sri Sultan ‘Abdu’llah Mansur ibni al-Marhum Sultan Idris Azim ud-din [Tuammenang-ri Bisei], Arumpone of Bone. b. 22nd July 1693, third son of H.H. La Patau Paduka Sri Sultan Idris Azim ud-din, Arumpone of Bone, by his third wife, I-Mariama Karaeng Patukangang La Mozossong-ri, daughter of H.H. Paduka Sri Sultan Fakhr ud-din ‘Abdu’l Jalil ibni al-Marhum Sultan Muhammad Bakar Hasan ud-din, Sultan of Gowa, educ. privately. Styled Arung Mampua before his accession. Proclaimed on the departure of Sultan Siraj ud-din, 8th January 1724. Abdicated in favour of his sister, 28th June 1724. Granted the title of Karaeng Bisei, by the Sultan of Gowa, after he had fled there. m. (first) 28th January 1717, I-Tugu. m. (second) Karaeng Balasari. He d. at Gowa, 29th March 1734, having had issue, a son: • 1) La Paga, Arung Mampua (s/o Karaeng Balasari). Appointed as Heir Apparent 1769. He had issue, two sons: • a) La Sappo, Arung Mario. • b) Arung Matua Tanette. Copyright© Christopher Buyers 1724 – 1738 H.H. Bata-ri Toja Daeng Talaga Arung Timurung Datu-ri Chitta Sultana Zainab Zakiat ud-din binti al-Marhum Sultan Idris Azim ud-din [MatinroE-ri Tipuluna], Arumpone of Bone (third time) – see below. 1738 – 1741 H.H. I-Danraja Siti Nafisah Karaeng Langelo binti al-Marhum, Arumpone of Bone. b. 20th August 1729, eldest daughter of H.H. I-Tanitaja Maning Ratu Siti Amira, Arung Palakka, younger daughter of H.H. La Parappa To’ Aparapu Sappewali Daeng Bonto Madanrang Karaeng Anamonjang Paduka Sri Sultan Shahab ud-din Ismail ibni al-Marhum Sultan Idris Azim ud-din, Sultan of Gowa, Arumpone of Bone, and Datu of Soppeng, by her husband, H.H. I-Mappainga Karaeng Limpangang Paduka Sri Sultan Safi ud-din ibni al-Marhum Sultan Siraj ud-din, Sultan of Tallo. Installed by the Wadjorese as Arumpone of Bone, 10th May 1738. She d. unm. 30th December 1741. Copyright© Christopher Buyers 1714-1715, 1720, 1724-1738 and 1741-1749 H.H. Bata-ri Toja Daeng Talaga Arung Timurung Datu-ri Chitta Sultana Zainab Zakiat ud-din binti al-Marhum Sultan Idris Azim ud-din [MatinroE-ri Tipuluna], Arumpone of Bone. b. July/August 1687, eldest surviving daughter of H.H. La Patau Paduka Sri Sultan Idris, Arumpone of Bone, by his first wife, I-Jummu Opu La Rompong, daughter of La Mappadang Daeng Massuro Sultan Muhammad Alim ud-din, Datu of Luwu. Styled Datu Chita and Arung Timurang before her accession. Succeeded on the death of her father, as Arumpone of Bone, 16th September 1714. Installed 24th November 1714. Abdicated in favour of her brother, and resumed her titles of Datu Chietta and Arung Timurang, 5th August 1715. Installed as Datu Paiyung of Luwu, 28th June 1719. Became Datu of Soppeng, 1715 and again conjointly with Bone 1728-1738. Succeeded to Bone for a second time on the deposition of her younger brother, but abdicated immediately in favour of her eldest half-brother, 20th January 1720. Restored for the third time on his deposition, 28th June 1724. Expelled by the Wajorese, 10th May 1738. Restored for the last time following the death of her grand-niece, 31st December 1741. m. (first) 16th December 1704 (div. 13th October 1705), as his second wife, H.H. Paduka Sri Sultan Muharram Harun al-Rashid Jalal ud-din Muhammad Shah, Sultan of Sumbawa (b. 20th March 1688; d. 12th February 1725), elder son of Mas Banten, Sultan of Sumbawa. m. (second) (div. 20th December 1714), Pabukajuwa, Datu Ulaweng, a Bonese prince. m. (third) before August 1715, Arung Zallieng, Adatuwang of Sidenreng (d. at Luwu, 1st October 1725), Regent of Bone 1724-1725. m. (fourth) 22nd March 1726 (div. 9th October 1728), Daeng Mamuntuli, Arung Kayu (b. 18th April 1678; d. at Maros, 7th December 1736), Regent of Bone 1726-1728, son of Arung Tako, by his wife, Daeng Nisaju, daughter of Karaeng Karunrung ‘Abdu’l Hamid, sometime Tuma’bicara-butta of Gowa. She d.s.p. at her palace, in Bone, 2nd November 1749. Copyright© Christopher Buyers 1749 – 1775 H.H. La Mappasossong To’ Appaware’ Petta Paduka Sri Sultan ‘Abdu’l Razzaq Jalal ud-din ibni al-Marhum Sultan Idris Azim ud-din [MatinroE ri-Malimungang], Arumpone of Bone, fourth son of H.H. La Patau Paduka Sri Sultan Idris Azim ud-din, Arumpone of Bone, by his seventh and morganatic wife, Dala Maru, educ. privately. Appointed as Pungwwa with the title of Datu Baringang 1736. Appointed as Heir Apparent of Bone and invested with the title of Arung Palakka, 5th February 1738. Datu of Soppeng 1749. Proclaimed on the death of his half-sister, 2nd November 1749. Installed 8th October 1752. m. (first) Daeng Balusu. m. (second) Daneg Tona. m. (third) Sharifa Habiba binti Sheikh Muhammad Jalil ud-din, daughter of Sheikh Muhammad Jalil ud-din bin Sheikh Yusuf. He d. at Malimongang, 17th June 1775, having had issue, four sons and eight daughters: • 1) Muhammad Rammalang, Arung Ponri (s/o Daeng Balusu). m. Arung Limpa. • 2) La Potto, Datu Baringang (s/o Daeng Balusu). m. (first) July 1780 H.H I-Maddelung Karaeng Bontomasugi Sultana Siti Saliha II [Tumenanga-ri-Kanatojenna], Sultana of Tallo (m. second, La Temmupage, Punggwa of Bone, and d. May 1824), second daughter of H.H. I-Mappatunru I-Manginyarang Karaeng Lembangparang Paduka Sri Sultan ‘Abdu’l Rauf, Sultan of Gowa and Tallo, by his first wife, I-Ralle, Arung Lipukasi. – see Indonoesia (Tallo). m. (second) Arum Pulawang. • 3) La Rukka, Arung Ta and Arung Lakasi. Sometime Pungwa Lisu. m. (div. 1st November 1751) I-Dajang. m. (second) Datu Watu [MatinroE-ri Pangkajini], sister of La Mappajanchi Daeng Massuro Sultan Musa Polipuwi, Datu of Soppeng. • 4) La Pasabi, Datu Wulawang-i-Atchi. • 1) Daeng Matanang (d/o Daeng Balusu). m. her uncle, La Wattaeng, Arung Bakka, youngest son of H.H. La Patau Paduka Sri Sultan Idris Azim ud-din, Arumpone of Bone. She had issue – see above. • 2) Arung Majang (d/o Daeng Balusu). Copyright© Christopher Buyers • 3) Chollie, Datu Waliwi. m. La Tan-ri Odang Daeng Mattinri Sultan Yussuf Fakhr ud-din [MatinroE-ri Musuna], Karaeng of Tanette and Datu of Soppeng (d. July 1747) – see Indonoesia (Soppeng) and Indonoesia (Tanette). • 4) We Tanri Olle, Datu Bolie (d/o Habiba). m. La Mappajanchi Daeng Massuro Sultan Musa Polipuwi, Datu of Soppeng, son of La Tan-ri Liletang Sultana Aisha Bahjat ud-din, Datu of Luwu and Karaeng of Tanette, by her third husband, La Mappaselli, Datu Pattuju Soppeng. • 5) I-Seno Datu Chietta (d/o Daneg Tona). Regent of Tanette for her minor son, 9th September 1807-1814. m. La Maddusila ‘Abdu’l Kadir Muhi ud-din [MatinroE-ri Dusang], Karaeng of Tanette (d. 9th September 1807). She had issue, a son and a – see Indonoesia (Tanette). • 6) Arung Nangka (d/o Daneg Tona). m. La Wakka Arung Atakka. • 7) Arung Amalie (d/o Daneg Tona). • 8) Siti Halima. Copyright© Christopher Buyers 1775 – 1812 H.H. La Tan-ri Tappu To’ Appaliweng Arung Timurang Paduka Sri Sultan Ahmad as-Saleh Shams ud-din [MatinroE-ri-Rompegading], Arumpone of Bone. b. 12th June 1757, son of La Wattaeng, Arung Bakka, by his wife, Daeng Matanang, eldest daughter of H.H. La Mappasossong To’ Appaware’ Petta Paduka Sri Sultan ‘Abdu’l Razzaq Jalal ud-din ibni al-Marhum Sultan Idris Azim ud-din [MatinroE ri-Malimungang], Arumpone of Bone. Succeeded on the death of his maternal grandfather, 17th June 1775. Arung Matowa of Wajo 1775-1795. m. We Pada [MatinroE-ri Saodanrana]. He d. at Rompegadieng, 22nd July 1812, having had issue, seven sons and two daughters: • 1) La Mappatunru To’ Apatunru, Arung Palakka, who succeeded as H.H. La Mappatunru To’ Apatunru Paduka Sri Sultan Muhammad Ismail Mukhtas ud-din ibni al-Marhum Sultan Ahmad as-Saleh Shams ud-din, Arumpone of Bone – see below. • 2) La Mappaseling, Arung Panjili, who succeeded as H.H. La Mappaseling Paduka Sri Sultan Adam Nazim ud-din, Arumpone of Bone – see below. • 3) La Mappaewa, Arung Lompu. m. (first) Karaeng Agangjene, a princess of Wajo. m. (second) La Tabbacina, Arung Amali. He had issue two sons and one daughters: • a) La Parenrengi, Arung Pungi, who succeeded as H.H. La Parenringi Paduka Sri Sultan Ahmad Saleh Muhi ud-din, Arumpone of Bone (s/o Karaeng Agangjene) – see below. • b) Tuancalo, Arung Amali and Arung Ujong (s/o Karaeng Agangjene). Tomarilalang of Bone 1849-1866. m. (first) … m. (second) I-Kumala Daeng Nutte. He had issue, two sons and several daughters, including: • i) Jakolo Daeng Marangka (d/o the first wife). Sulawatang of Amali 1916. m. Daeng Kandung, and had issue, one son: • (1) I-Pamusu [Petta Rani]. Sulawatang of Amali. • ii) I-Mappanenga Daeng Malewa (d/o Daeng Nutte). m. I-Mancung. She had issue two sons: • (1) I-Basu Pasampure. Sulawatang of Amali. Copyright© Christopher Buyers • (2) I-Mappasessu Daeng Malolo. Sulawatang of Amali. • i) I-Jura To Maradeka. m. H.H. Sinkerrung Rukka Paduka Sri Sultan Ahmad Idris, Arumpone of Bone, son of To’ Patarai Sumanga Rukka, Arung of Barru, by his wife, I-Baege Arung Mavege, daughter of H.H. La Mappatunru To’ Apatunru Paduka Sri Sultan Muhammad Ismail Mukhtas ud-din ibni al-Marhum Sultan Ahmad as-Saleh Shams ud-din, Arumpone of Bone – see below. • ii) A daughter. • iii) A daughter. m. Andi Masangkirang Daeng Patapa, Arung Majege, son of Arung Maluju and Arung Lanca – see below. • a) I-Saira Karaeng Agangjene Rantang Talotanreng, Arung Lompu (d/o Karaeng Agangjene). m. 1842, her cousin, H.H. Sinkarung-rukka Paduka Sri Sultan Ahmad Idris [MatinroE-ri Lalambata], Arumpone of Bone (b. 1818; d. 1871), elder son of To’ Patarai Sumanga Rukka, Arung of Barru, by his wife, I-Baege Arung Mavege, only daughter of H.H. La Mappatunru To’ Wappatunru’ Paduka Sri Sultan Muhammad Ismail Mukhtaj ud-din, Arumpone of Bone. She d. 1849, having had issue – see below. • b) Arung Ajalierang. m. Opu Chimpu, of Luhu. She had issue:  i) Bau Chiena. • 6) La Tan-ri Suki, Arung Kayuara. m. the Datu of Suppa, sister of Datu La Cebu, Adatuwang of Sawito. He d. 1857, having had issue, one daughter: • a) I-Basse Tan-ri Waru Kayuara Hadi Abel Hadi Pelaiengi Pasimpa, Datu of Suppa. Styled Arung Kayuara, and Arung Mapelaiyengi Pasimpa before her accession. Regent for her infant son 1857-1860. m. her cousin, H.H. La Parenringi Paduka Sri Sultan Ahmad Saleh Muhi ud-din, Arumpone of Bone (d. 1857), son of La Mappaewa, by his wife, Karaeng Agangjene of Wajo. She had issue one son and three daughters – see below. • 7) Arung Sumalieng. m. 1799, Karaeng Rapochini, daughter of H.H I-Maddelung Karaeng Bontomasugi Sultana Siti Saleha II, Sultana of Tallo, by her second husband, La Temmupage, Pungawa of Bone. • 8) Arung Paroko. Sometime Punggwa. Copyright© Christopher Buyers • 1) Bata-ri Tungi [MatinroE-ri Belawa], Arung Timurung. She d. 1859. • 2) I-Makalaruwa, Arung Palengorang. m. La Mappanganro [MatinroE-ri Sasso], Arung Sinri (d. 9th January 1854), Tomarilalang to 1848. She d. 10th July 1854. • 3) I-Maneng, Arung Data, who succeeded as H.H. I-Maneng Paduka Sri Ratu Sultana Salima Rajiat ud-din, Arumpone of Bone – see below. 1812 – 1823 H.H. La Mappatunru To’ Wappatunru’ Paduka Sri Sultan Muhammad Ismail Mukhtaj ud-din [MatinroE-ri Lalang-bata], Arumpone of Bone, eldest son of H.H. La Tan-ri Tappu To’ Appaliweng Arung Timurang Paduka Sri Sultan Ahmad as-Saleh Shams ud-din, Arumpone of Bone, by his wife, We Pada. Appointed as Heir Apparent and invested with the title of Arung Palakka by his father. Proclaimed on the death of his father, 22nd July 1812. m. (first) I-Banri, Arung Matan. m. (second) I-Bau, Arung Kaju. m. (third) I-Danti, an arung from Awangpone. He d. 1825, having had issue, seven sons and three daughters: • 1) La Pabenteng Daeng Palawa (s/o I-Banri). m. I-Nyonyo, Arung Gona. He d. before 10th December 1863, having had issue, two sons: • a) La Hya Daeng Maswo, Arung Gona. • b) Opu Daeng Maturing, Arung Tarasu. • 2) La Pajoppo Daeng Mangottong (s/o I-Danti). Tomarilalang of Bone 1866-1885. • 3) Daeng Manabba (s/o I-Banri). Makadang Tanah. He d. 1897, having had issue: • a) Arung Maluju. m. Arung Lanca. He had issue: • i) Andi Masangkirang Daeng Patapa, Arung Majege (1890). m. the youngest daughter of his cousin, Tuancalo, Arung Amali and Arung Ujong, sometime Tomarilalang. He had issue, a son: • (1) Sambalogeng Daeng Manabba. Copyright© Christopher Buyers • ii) Arung Majege. • i) A daughter. m. Baso Pagilingi ‘Abdu’l Hamid, Arung Lita, son of H.H. La Pawawoi Karaeng Sigeri, Arumpone of Bone, by his wife, I-Karimo Daeng Tamene. She had issue – see below. • 4) Daeng Parau. He d. before 10th December 1863. • 5) Daeng Parangriang. He d. after 1861, probably in Bajuwa, having had issue, a daughter: • a) I-Salondi, Aru Bakung. m. Andi La-Pananrang, Arung Marowanging, son of H.H. La Singkara Rukka Paduka Sri Sultan Ahmad Idris, Arumpone of Bone, by his wife, I-Jura To Maradeka, a daughter of Tuancalo, Arung Amali and Arung Ujong, sometime Tomarilalang of Bone – see below. • 6) Daeng Pagesu. He d. before 10th December 1863. • 7) Bonto-batu Daeng Sitabu. He d. before 10th December 1863. • 1) I-Baengo, Arung Mavege (s/o I-Bau). Appointed as Heiress Apparent with the title of Arung Palakka. m. To’ Patarai Sumanga Rukka, Arung of Barru, son of To’ Apasawe, Arung of Barru (d. April 1836), by his wife, Aru Pao-pao, daughter of Datu ‘Abdu’l Kadir Muhi ud-din, Karaeng of Tanette. She had issue, two sons and one daughter: • a) H.H. La Singkara Rukka Paduka Sri Sultan Ahmad Idris [MatinroE-ri Topaccing], Arumpone of Bone – see below. • b) Nenena I-Calla Ahmad al-Kusasi To’ Lampeng, Datu of Soppeng – see Indonesia (Soppeng). • a) I-Tanri Pada Sultana Siti Aisha [Besse-Barru], Arung of Barru – see Indonesia (Barru). • 2) Daeng Takunjung. She d. in Bone, 16th September 1862. • 3) Daeng Mawaru. 1823 – 1835 H.H. I-Maneng Paduka Sri Ratu Sultana Salima Rajiat ud-din [MatinroE-ri Kassi], Arumpone of Bone, eldest daughter of H.H. La Tan-ri Tappu To’ Appaliweng Arung Timurang Paduka Sri Sultan Ahmad as-Saleh Shams ud-din [MatinroE-ri-Rompegading], Arumpone of Bone. Styled Arung Data before her accession. Succeeded on the death of her brother, 1823. She d.s.p. unm. 1835. 1835 – 1845 H.H. La Mappaseling Paduka Sri Sultan Adam Nazim ud-din [MatinroE-ri Salassana], Arumpone of Bone, fourth son of H.H. La Tan-ri Tappu To’ Appaliweng Arung Timurang Paduka Sri Sultan Ahmad as-Saleh Shams ud-din [MatinroE-ri-Rompegading], Arumpone of Bone. Styled Arung Panjili before his accession. Succeeded on the death of his sister, 1835. m. Karaeng Patingalaong, daughter of Karaeng Sapanang and Karaeng Patingalaong, of Gowa. He d.s.p. 1845. 1845 – 1858 H.H. La Parenringi Paduka Sri Sultan Ahmad Saleh Muhi ud-din [MatinroE-ri Aja-benteng], Arumpone of Bone, eldest son of La Mappaewa, Arung Lompu, educ. privately. Styled Arung Pungi before his accession. Succeeded on the death of his paternal uncle, 1845. m. (first) cousin, H.H. Panchai-tana I-Basse Tan-ri Waru Sultana Um Hadi Arung Kajuwara Arung Pelaiengi Pasempa [MatinroE-ri Majennang], Datu of Suppa, Regent for her infant son from 16th February 1858, fled with her son on 6th November 1859, returned in 1860 but deposed ca. 20th January 1860, daughter of his uncle, La Tan-ri Suki Arung Kayuara, by his wife, Mandika Daeng Matanang, daughter of La Kuning Sultan Ahmad, Adatuwang of Sawito and Datu of Suppa. m. (second) Andi Manarai Daeng ni-Ratu. He d. 16th February 1858, having had issue, one son and three daughters: • 1) H.H. La Pamadanuka Paduka Sri Sultan Sultan Abul-Hadi, Arumpone of Bone – see below. • 1) We Tan-ri I-Kati Padanrang Bau Jella, Adatuwang of Alita – see Indonesia (Alita). • 2) I-Calla. • 3) I-Madellung Karaeng Kajuara, Datu of Suppa – see Indonesia (Suppa). 1858 – 1860 H.H. La Pamadanuka Paduka Sri Sultan Sultan Abul-Hadi, eldest son of H.H. La Parenringi Paduka Sri Sultan Ahmad Saleh Muhi ud-din, Arumpone of Bone, by his wife, H.H. Panchai-tana I-Basse Tan-ri Waru Arung Kajuwara Arung Pelaiengi Pasempa Sultana Um Hadi, Datu of Suppa, educ. privately. Succeeded on the death of his father, 16th February 1858. Reigned under the regency of his mother. Fled with his mother on 6th November 1859, returned in 1860 but deposed ca. 20th January 1860. Went into exile in Suppa, 13th February 1860. He d. at Suppa, 6th December 1860. Copyright© Christopher Buyers 1860 – 1871 H.H. La Singkara Rukka Paduka Sri Sultan Ahmad Idris [MatinroE-ri Lalambata], Arumpone of Bone. b. 1818, elder son of To’ Patarai Sumanga Rukka, Arung of Barru, by his wife, I-Baege Arung Mavege, only daughter of H.H. La Mappatunru To’ Wappatunru’ Paduka Sri Sultan Muhammad Ismail Mukhtaj ud-din, Arumpone of Bone. Appointed as Heir Apparent and invested with the title of Arung Palakka, 1857. Proclaimed and installed as successor to La Pamadanuka, 20th January 1860 Confirmed by the Government of the NEI, after renouncing his rights over Sinjang,Kajang and Bulukumba, 18th February 1860. m. (first) I-Detima, Arung Data. m. (second) 1835, I-Kalossong Karaeng Langelo, daughter of I-Rombo Karaeng Katapang Fakhr ud-din. Tumailalang Towa of Gowa, by his wife, I-Deko Dengkong Karaeng Lakiung, daughter of H.H. La Oddanriwu Karaeng Katangka Paduka Sri Sultan ‘Abdu’l Rahman ibni al-Marhum Sultan ‘Abdu’l Rauf [Tumenanga-ri-Suangga], Sultan of Gowa and Tallo. m. (third) 1842, I-Saira Karaeng Agangjene Rantang Talotanreng, Arung Lompu (d. 1849), daughter of his uncle, La Mappaewa, Arung Lompu, by his wife, Karaeng Agangjene, of Wajo. m. (fourth) (morganatic) I-Masieta, a lady from Bone. m. (fifth) (morganatic) I-Bondeng, a lady from Barru. m. (sixth) (morganatic) I-Batchi, a lady from Bulekomba. m. (seventh) (morganatic) I-Natta I-Jura Indona Bassi To’ Maradeka, a daughter of Tuancalo, Arung Amali and Arung Ujong, sometime Tomarilalang of Bone. He d. 1871, having had issue two sons and five daughters: • 1) La Mappassissi, Arung Pasempe (s/o I-Detima). He d. 1910, having had issue, a son: • a) La Mappasere, Arung Ta (cre. 1913) and Arung Pasempe (1910). b. 1890, educ. privately. Sulawatang of Palakka 1911-1916. m. We Tan-ri Balobu. He had issue, four sons and three daughters: • i) Andi Dadi, Petta Lolo. • ii) Andi Paturusi, Petta Megge • iii) Andi Mappasissi, Petta Awangpone. b. 1926. Dir. La Pawawoi Museum, Wattampone, 1990. He had issue, including: • (1) Haji Andi Baso Hamid. • (2) Andi … • (3) Andi … • (4) Andi … • (5) Andi Sumange Rukka. • (1) A daughter. m. a son of Andi Ninong, Ranrang Tuwa of Wajo. • iv) Andi Baso Jaya. • i) Andi Besse Junaeda. • ii) Andi Besse Ujung. • iii) Andi Besse Ena. Copyright© Christopher Buyers • 2) H.H. La Pawawoi Karaeng Sigeri, Arumpone of Bone (s/o Karaeng Langelo) – see below. • 3) La Panondo, Daeng Malorosang (s/o I-Masieta). • 4) La Palajarang, Arung Sampobia (s/o I-Bondeng). m. I-Nonding, Aru Majege. • 5) I-Muhammad, Arung Tonra (s/o I-Batchi). m. Daeng Sunra, daughter of Daeng Mamala, sometime Punggawa lampona-jawi. • 6) [La Makka, Daeng Parani, Arung Lepokassi. s/o the Arung Palakka of 1856]. • 7) Andi La Pananrang, Arung Marowanging (d/o I-Jura To’ Maradeka). Panghulu Lampona-jawi from 21st December 1862. m. I-Salondi, Aru Bakung, daughter of his cousin, Daeng Parangriang. He had issue, a son: • a) Andi Maddusila Daeng Paraga. Sulawetang of Palakka 1916-1922, Arung Majege 1922-1926, Tomarilaleng of Bone 1926-1946, and Makadang Tanaé 1946. m. a daughter of his paternal uncle, H.H. La Pawawoi Karaeng Sigeri [MatinroE-ri Bandung], Arumpone of Bone, by his Sundanese wife. He had issue, a son: • i) S. Binol Maddusila Daeng Paraga. • 1) H.H. I-Ban-ri Gau Sultana Fatima [MatinroE-ri Bola Mappare], Arumpone of Bone (d/o Karaeng Agangjene) – see below. • 2) I-Allu, Arung Data (d/o I-Jura To’ Maradeka). • 3) I-Bangkiko, Arung Sumalieng (d/o I-Jura To’ Maradeka). m. 12th October 1862, La Tipu, Arung Kung, son of Daeng Matiero, sometime Sulawatang. She had issue, a son:  a) Andi ‘Ali, Arung Cenrana. Penghulu Lompona Joae 1905. m. I-Hati. He had issue, a son:  i) Andi Sulolipu. DH of Cenrana 1905, Tomarilaleng of Bone 1946-1950. • 4) I-Bassi Benting, Arung Kalibung (d/o I-Jura To’ Maradeka). • 5) I-Bassi Malolo, Arung Miru (d/o I-Jura To’ Maradeka). Copyright© Christopher Buyers 1871 – 1895 H.H. I-Ban-ri Gau Paduka Sri Sultana Fatima [MatinroE-ri Bola Mappare’na], Arumpone of Bone, eldest daughter of H.H. Sinkarung-rukka Paduka Sri Sultan Ahmad Idris [MatinroE-ri Lalambata], Arumpone of Bone, by his third wife, Karaeng Agangjene Rantang Talotanreng, Arung Lompu. Styled Arung Timurung and Datu Chitta before her accession. Succeeded on the death of her father, 1871. Installed 1st December 1872. m. April 1880, I-Ma’guliga Bangkung Daeng Serang Karaeng Popo, Arung Palakka (d. 1902), second son of H.H. I-Mallingkaang Daeng Njonri Karaeng Katangka Kulau Paduka Sri Sultan Muhammad Idris ibni al-Marhum Sultan ‘Abdu’l Kadir Muhammad ‘Aidid, Sultan of Gowa, by his wife, H.H. I-Tenri Pada Sultana Siti Aisha [Besse-Barru], Arung of Barru), daughter of To’ Patarai Sumanga Rukka, Arung of Barru. She d. 17th February 1895, having had issue, one son and one daughter: • 1) A son d. young. • 1) I-Bunga Sutara Basse Daeng Bau, Arung Apala. b. 1882 (d/o Ma’guliga). She d. 1903. Copyright© Christopher Buyers 1895 – 1905 H.H. La Pawawoi Karaeng Sigeri [MatinroE-ri Bandung], Arumpone of Bone. b. 1835, second son of H.H. La Singkara Rukka Paduka Sri Sultan Ahmad Idris [MatinroE-ri Lalambata], Arumpone of Bone, by his second wife, Karaeng Langelo of Gowa, educ. privately. Styled Arung Sijelling before his accession. Appointed as Tomarilaleng 1889. Succeeded on the death of his half-sister, 17th February 1895. Installed 1st August 1895. Fled from his capital on the approach of Dutch troops, 30th July 1905. Deposed and exiled to Java, 14th November 1905. Rcvd: Great Gold Star for Loyalty and Merit. m. (first) before 10th December 1863, I-Karimo Daeng Tamene, daughter of Arung Magempang, of Barru. m. (second) at Bandung, after 1906, a Sundanese lady. He d. at Bandung, Java, 17th January 1911, having had issue, three sons and two daughters: • 1) I-Baso Pagilingi ‘Abdu’l Hamid, Arung Lita (s/o Daeng Tamene) (step-father of Arung Labuaya). Appointed as Petta Punggawae 1897. m. (a) 21st March 1898, Andi Genra, Datu Cinong, sister of La Massakkireng Daeng Pattapeq, Arung Majege. m. (b) Jamandini, Arung Kaju (m. second, … and had issue, d. 1918), sister of La Masakirang, Arung Majege, and daughter of Arung Maluju and Arung Lanca. He had issue, five sons and two daughters: • a) H.H. Andi Pabenteng Daeng Palawa, Arumpone of Bone (s/o Jamandini) – see below. • b) La Mappeane, Arung Baringang. He had issue, a son: • i) Andi Massarappi. Arung Majege 1946. Mbr. for South Celebes Provisional Parliament of the State of East Indonesia 1946-1950. • c) Andi ‘Ali. Copyright© Christopher Buyers • d) La Parenrengi. • e) Andi Muhammad Masigi. • a) I-Tonra. • b) I-Batari. • 2) Andi Mappagau Daeng Parani [Petta Rani], Arung Sijelling. • 3) Andi Mappasere. • 1) I-Munca (d/o Daeng Tamene). • 2) A d/o the Sundanese lady. m. Andi Maddusila Daeng Paraga, sometime Tomarilaleng of Bone, son of her paternal uncle, Andi La Pananrang, Arung Marowanging – see above. 1931-1946 and 1950-1960 H.H. Haji Andi Bacho La Mappanyuki Karaeng Silayar Sri Sultan Ibrahim ibnu Sri Sultan Husain, Arumpone of Bone (first time) – see below. 1946 – 1950 H.H. Andi Pabenteng Daeng Palawa [MatinroE-ri Matuju], Arumpone of Bone. b. 1904, eldest son of I-Baso Pagilingi ‘Abdu’l Hamid, Arung Lita, by his second wife, Jamandini, Arung Kaju, educ. Appointed as Heir Apparent by the Arumpone of Bone La Mappanyuki. Styled Aru Pitu and Arung Majege 1931-1941, exiled 1941-1945. Appointed to succeeded his deposed cousin, June 1946. Deposed after the departure of the Dutch, 1950. Presdt. Hadat Tinggi 1949-1950. Placed in protective custody 1950. Retired to Surabaya 1950-1967. He d. at Watampone, 1968, having had issue, one son: • 1) Andi Manta Ahmad. m. a Dutch lady, and had issue. Copyright© Christopher Buyers Copyright© Christopher Buyers Copyright© Christopher Buyers Copyright© Christopher Buyers 1931-1946 and 1950-1960 H.H. Haji Andi Bacho La Mappanyuki Karaeng Silayar Sri Sultan Ibrahim ibnu Sri Sultan Husain [MatinroE-ri Gowa], Arumpone of Bone. b. at Jongaya, 1884, as Andi Pammanyuki, second son of H.H. I-Makkulau Daeng Serang Karaeng Lembangparang Sultan Sri Husain ibnu Idris, Sultan of Gowa, by his wife, We Tan-ri Padarang, Princess of Alita, eldest daughter of H.H. La Parenrengi Paduka Sri Sultan Ahmad, Arumpone of Bone. Succeeded his aunt and mother-in-law as Datu Suppa, 1902. Installed under the name of La Mappanyuki, 2nd July 1903. Assisted his father in his War against the Dutch 1905-1906, but was captured and exiled to Selayar 1907-1909. Restored to the throne of his maternal ancestors and installed at Watampone, 17th March 1931. General Chair. SUDARA 1944. Declared his kingdom to be a part of Indonesia, 1946. Abdicated and retired to Jonggaya with his son, February 1946. Banished for his support of the republic, 8th November 1946. Restored following the departure of the Dutch in 1950. Kepala Daerah of the Swapraja of Bone, 21st December 1957- 21st May 1960. Posthumously declared a National Hero of Indonesia, 10th November 2004. Rcvd: Lesser Gold Star for Loyalty and Mer
  3. Sungguh menarik artikel ini,
    Dalam sejarah (dari buku2 sejarah sekolah di indonesia) juga dikatakan bahwa negeri kita ini “Indonesia” dijajah oleh Belanda lebih 300 tahun.
    Menurut saya penghianatan seseorang, karena telah bersekongkol dengan penjajah untuk memerangi kerajaan gowa yang masuk dalam wilayah nusantara.
    Betul bahwa dia adalah pahlawan bagi rakyat bone,
    namun menjadi kelaziman di negeri ini (Standar Nasional Indonesia) bahwa barang siapa bekerja sama dengan penjajah “belanda” maka dia adalah penghianat (masa indonesia belum merdeka).
    Nah sekarang mari kita tempatkan arung palakka?
    di nusantara dia sebagai apa?

    salam

  4. ketika arung palakka berkuasa, kekuasaannya hanyalah kekuasaan boneka belanda jadi tidak tepat dikatakan kaisar. hanya raja boneka.
    Selanjutnya kita lihat sendiri bagaimana bone dijajah belanda dan akhirnya bahu membahu juga dengan gowa melawannya.
    Tidak ada yang pernah berhasil menyaingi keperkasaaan Gowa di Timur Indonesia. Untuk meruntuhkannya, Belanda sekalipun mesti bersusah payah dan beramai ramai (bersama bone, ambon, buton dan beberapa kerajaan makassar kecil) untuk menaklukkannya.
    Prinsip kawin mawin dengan anggota kerajaan besar lainnya sudah sejak Gowa dilakukan jadi Arung Palakka hanya menyambung saja.

    Setiap bangsa pastilah punya sejarah menaklukkan dan ditaklukkan. bonpun dianggap sebagai penjajah bagi orang-orang toraja atau kerajaan lain di sekitarnya.

    Sayapun mengakui bahwa Arung Palakka adalah seorang pahlawan, terutama bagi idealisme yang diperjuangkannya. tapi bagi pendukungnya, janganlah kecintaan kepada beliau jadi rusak oleh karena buta mata dan hati. Sekarang kita bernegara Indonesia. kita juga butuh mitos2 untuk bangsa ini tetap berdiri dan salah satunya seperi yang anda tulis menempatkan pahlawan-pahlawan tokoh bangsa yang melawan “belanda” sebagai pahlawan nasional. Jadi arung palakka sulit diangkat sebagi pahlawan nasional, alasannya telah jelas.
    Sekarang, maukah anda memaksakannya ? demi bone atau indonesia ?

    1. Kenapa kamu hanya melihat Indonesia?? Bone itu adlh suatu daerah yg dlux adlh kerajaan yg di jajah oleh Gowa.Alam ini luas, banyak negara. termasuk belanda yg menjajah Indonesia. Jadi kamu cuma melihat dari satu wilayah saja yaitu Indonesia, kan sama saja klu saya cuma melihat daerah Bone saja. Aggaplah bone itu negara ku. klu perlu Bone keluar dari indonesia yg korup…

  5. Arung Pallakka adalah salah satu motivator ulung yang pernah lahir dari pulau celebes, Beliau bagian sejarah dari celebes dan bukan bagian sejarah dari INDONESIA,
    jadi nda benarlah kalo Arung Palakka di katakan sebagai penghianat bangsa Indonesia, Kenapa saya katakan seperti itu..?
    Karena Negara Indonesia lahir tahun 1945, sedangkan persitiwa ArungPalakka terjadi jauh sebelum nama INDONESIA ada, yakni sekitar tahun 1600-an,
    jadi Arung Palakka adalah pahlawan orang BUGIS, bukan Pahlawan Indonesia, jadi nda pantas lah jika kita menuntuk arung palakka jadi pahlawan nasional, tapi kita patut menuntut pada PEMDA BONE bahwa arung palakka adalah pahlawan kita…

    Salam
    Ad#Ly

    1. eya betul tu,,selain pahlawan juga tergolong waliyullah iaitu membebaskan hamba2 ALLAH dari pada diperhambakan oleh mengkasara@makassara@makassar dan memberi makan pada waktu kelaparan ,,,dan syukur alhamdulillah negri bone sangat makmur dan sentiasa berpegang teguh dengan kitab(AL-QUR’AN DAN SUNAH RASULULLAH)…..SAYA SEKARANG DI MALAYSIA ;;;;EPP02 WIJA2 ARUNG PALAKKA@LAMPA2 TUNGKENNA WIJA BONE;;Bijaksana dalam memimpin
      pemeliharaku ialah ALLAH SWT

  6. http://ms.wikipedia .org/wiki/ Bugis_Dan_ Pembentukan_ Indonesia
    Kebangkitan Di Sulawesi Selatan: 1810-1906

    Situasi politik di Sulawesi Selatan cukup berbeza dengan di Jawa ketika ini. Walaupun kebanyakkan negeri-negeri Bugis dibawah pengaruh Belanda, tetapi negeri secara praktiknya merdeka. Urusan-urusan dalaman negeri-negeri ini tidak mendapat campur tangan Belanda.

    Apabila British menduduki Makassar pada tahun 1810, kebanyakkan pemerintah Bugis enggan mengiktiraf penguasaan British dan ingin merdeka. Pergeseran antara British dan Bugis bertambah teruk apabila pemerintah Bone enggan menyerahkan pedang Sudanga, alat kebesaran Goa yang jatuh ketangannya pada tahun 1785. Maka residen British di Makassar menghantar kapten Phillips untuk suatu ekspidisi ketenteraan melawan Suppa’ tapi berjaya dipatahkan oleh tentera Bone. Malahan Bone turut menguasai Utara Sulawesi Selatan sekitar Maros dan sebahagian Bulukumba. Walaupunbegitu, Goa, Soppeng dan Sidenreng berpihak kepada British dalam kebangkitan ini.

    Apabila Belanda kembali semula ke Makassar pada 1817, Bone enggan menerima kedudukan Belanda dan memilih untuk merdeka. Pada masa yang sama Gavernor-Jeneral, van der Capellen, datang ke Makassar untuk meminta pemerintah Sulawesi Selatan menandatangani sebuah deklarasi penyekutuan mereka dengan Belanda. Bone, Ternate dan Suppa’ enggan berbuat demikian. Ini mencetus peperangan dengan Belanda. Keganasan di Bone berakhir pada tahun 1838 apabila Belanda berjaya menggantikan raja Bone dengan individu yang sekapala dengan tujuan Belanda. Akan tetapi, perang tercetus kembali pada tahun 1857 apabila pengganti beliau , Besse Kajuara, enggan bersekutu dengan Belanda. Ini menyebabkan Bone diletakkan dibawah koloni Belanda daripada sekutu Belanda. Pada tahun berikutnya, Goa menerima nasib yang sama dan menyebabkan konfrontasi yang dipimpin oleh golongan bangsawan.

    Kesan kebangkitan paling teruk dirasai di Wajo’ dan ini menyebabkan ramai orang Wajo’ bermigrasi keluar. Pada masa yang sama, pemerintah Wajo’ berbalah sesama sendiri mengenai pewaris bagi Sidenreng dimana La Pang’uriseng berjaya memenangi tampuk pemerintahan Sidenreng. Di bawah pemerintahan beliau, Wajo’ mengembangkan kuasanya didalam konfederasi Aja’tappareng dan menguasai kawasan-kawasan yang dibawah kuasa Belanda sekligus mencetuskan penentangan terhadap Belanda. Pare-Pare, sebuah pelabuhan di Wajo’ ketika itu mula membangun setelah penyekatan kuasa Bone oleh Belanda dan pada masa yang sama, ianya menjadi pusat perdagangan hamba apabila ianya diharamkan di Makassar.

    Pada tahun 1905, pemerintah Bone, La Pawawoi, buang negeri ke Bandung diatas alasan mencampur tangan urusan negeri-negeri Bugis lain. Pemerintah Goa pula didakwa melakukan keganasan terhadap Belanda (ketika itu Belanda sedang menceroboh Sulawesi Selatan.) Beliau kemudiannya dibunuh ketika cuba untuk melarikan diri dari Belanda.

    [sunting] Pengkolonian Belanda

    Belanda kemudiannya mengabungkankan seluruh Sulawesi Selatan menjadi sebuah koloni yang stabil.

    Kesan pengkolonian ini membawa kepada pengenalan cukai di Sulawesi Selatan, buruh paksa dan pendaftaran untuk pengenalan diri. Sistem buruh paksa (digunakan untuk pembinaan jalan) adalah suatu unsur baru dalam kebudayaan Bugis dan menyumbang kepada migrasi Bugis terutamanya golongan bangsawan ke Tanah Melayu dari tahun 1910 hingga 1930.

    Ssitem cukai yang diperkenalkan Belanda meliputi cukai tanah dan cukai kepala (untuk lelaki dewasa kecuali golongan bangsawan.) Orang kampung yang kebanyakkannya miskin sering menghadapi kesusahan membayar cukai. Selepas pembayaran cukai, mereka akan menerima surat kampung yang merupakan resit, pengenalan diri dan sijil penetapan. Ini sekaligus menyebabkan tradisi nomad Bugis diharamkan dan penetapan tetap dikuatkuasakan.

    Sistem kehakiman baru pula diperkenalkan dengan kehakiman barat diserapkan dalam sistem kehakiman tempatan. Disetiap daerah, sebuah mahkamah dibina dan hakim merupakan orang tempatan mempunyai ilmu tentang kehakiman tempatan dan pada masa yang sama diawasi oleh seorang pegawai Belanda.

    Dalam hal ehwal masyarkat, Belanda terpaksa menghadapi tentangan yang bergerak secara senyap dikepalai oleh golongan bangsawan. Sebelum pencerobohan Jepun, tidak banyak gerakan ini berjaya disekat Belanda. Paling membimbangkan Belanda ialah kebangkitan nasionalis di Jawa dan cawangannya di Sulawesi Selatan. Parti Sarikat Islam atau Partai Sarikat Islam,PSI, yang berpusat di Jawa pada tahun 1918 membuka cawangannya di Makassar. Parti ini kemudiannya ditukar nama menjadi Parti Sarikat Islam Indonesia,PSII dan menjadi sebuah pergerakkan nasionalis paling aktif di Indonesia. Cawangan bagi Parti Nasional Indonesia atau Partai Nasional Indonesia yang lebih sekular diasaskan oleh Sukarno turut membuka cawangan di Makassar. Gerakan lain yang lebih bersifat sederhana ialah Persatuan Selebes Selatan dan Muhammadiyah.

    [sunting] Pendudukan Jepun (1942-1945) Dan Asas Pembentukan Indonesia (1945-1950)

    Tempoh pendudukan Jepun merupakan suatu titik hitam dalam sejarah Sulawesi Selatan. Walaupun tidak banyak perubahan dalam sistem pemerintahan, tetapi pendudukan telah mencetuskan suatu perubahan dalam minda Indonesia dan Asia umumnya. Orang Eropah yang dilihat berkuasa pada mulanya senang disingkirkan oleh orang Asia dan kesannya menyebabkan penentangan Belanda selepas kekalahan Jepun.

    Kekalahan Jepun pada Ogos 1945 memberi peluang kepada Indonesia untuk merdeka. Sebaik sahaja pengumuman kemerdekaan Indonesia oleh Sukarno dan Muhamamad Hatta, Dr Ratulangi dilantik menjadi gabenor di Sulawesi pada 19 Ogos. Pada bulan September, tentera bersekutu Belanda mendarat di Sulawesi akan tetapi tidak menerima tentangan seperti di Jawa. Ini kerana kekurangan teknik serangan gerila oleh penduduk Sulawesi. Kumpulan tentera bersekutu ini turut membawa pegawai Belanda bagi menggantikan Dr Ratulangi.

    Kumpulan gerila kemudiannya ditubuhkan dibawah Dr Ratulangi. Serangan gerila ini kemudiannya berjaya dipatahkan Belanda dan pemimpin-pemimpinny a dipenjarakan di Jawa. Ini menyebabkan kumpula gerila di Sulawesi berpecah belah. Bagi golongan-golongan muda, mereka bersatu dengan gerakan gerila di Jawa. Antara mereka ialah Kahar Muzakkar dari Luwu’, Andi’ Mattalata dan Yusuf.

    Pada 17 Ogos 1950, Republik Indonesia ditubuhkan selepas komuniti dunia mengiktiraf kemerdekaan Indonesia.

  7. Aga kareba Tana bone Sininna Taunna bone. Saya mau nany dimana perkembangan kota bone sekarang apa masih berhamburan atau tidak di pelihara lagi. soalnya waktu saya sekolah di SMA Neg.4 Watampone Jl.Hos Cokroaminoto Saya masi sempat melihat anak-anak gelandangan yang saling melempar batu atau terutama Anak nacol anak bukaka.kalalu itu masih terjadi berarti bone bukan tempat seorang kerajaan Arung palakka.karena arung palakka adal hseorang laki-laki yang memebrontak hanya untuk keamanan bone.makasih

  8. Aga kareba….. Sininna tau ugi E Arung Palakka adalah seorang Pahlawan, dan kita sebagai keturunan Bugis terutama orang Bone harus mengakui hal tersebut. Arung Palakka bukan penghianat Bangsa Indonesia dan juga bukan pahlawan Bangsa Indonesia tetapi Arung Palakka adalah Pahlawan Kerajaan BONE (BUGIS). Apabila meninjau pada saat itu Indonesia belum ada yang ada adalah Kerajaan-kerajaan yang tersebar di seluruh nusantara ini. Arung Palakka adalah seorang Raja Besar Raja Kerajaan Bone yang terjajah dan tertindas yang berusaha untuk membebaskan kerajaannya yang terjajah. Jadi dia pantas untuk dikatakan sebagai PAHLAWAN KERAJAAN BONE (BUGIS), tidak perlu untuk diakui sebagai pahlawan nasional karena Arung Palakka memang bukan pahlawan Nasional atau Indonesia karena pada saat itu Arung Palakka bukan membela Republik Indonesia. ARUNG PALAKKA ADALAH PAHLAWAN BUGIS BONE BUKAN PAHLAWAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DAN BUKAN PENGHIANAT BAGI REPUBLIK INDONESIA itu sudah jelas dan bagi orang-orang yang menganggap Arung Palakka adalah penghianat Bangsa itu dikarenakan merasa bahwa Arung Palakka pada saat itu berhasil menalukkan daerahnya (kerajaannya) ataupun menjadi musuh daerahnya (kerajaannya) saat ini yang harus dipertanyakan apakah pahlawan-pahlawan yang saat ini diakui Bangsa Indonesia pantas untuk menyandang gelar tersebut???????? sebab belum tentu mereka pada masanya membela Republik Indonesia…… ok…… salam…. Andi Asdar keturunan BONE walaupun lahir dan besar diluar BONE tapi merasa bangga dengan darah BUGIS BONE / Lahir Maros, 08 Mei 1976 / SDN 17 Bulu-Bulu Maros / SMPN Batangase Maros / MAN I Daya Makassar/ Akademi Ilmu Komputer AIK AKBA Makassar/ ” Medan, 17 Februari 2008 “.

  9. Barang siapa arung di palakka maka dia mendapat tiket untuk menjadi arrung di Bone !!!
    La Tan-ri Tatta Daeng Serang, bukan pewaris sejati Arrung di Palakka. Penobatannya sebagai Arrung di Palakka adalah suatu penghargaan untuk membebaskan umat-nya dari perbudakan di Makassar. Sebagai seorang bangsawan Gowa yang sudah lama memerintah tana tenga (La Pottobunna). La Pottobunna satu paket kebangsawanan-nya disaat penyatuan kekuatan antara Gowa-Luwu-Wajo, Siapa bangsawan di Gowa maka dia juga bangsawan di Wajo dan Luwu. Sebaliknya siapa bangsawan di Luwu maka dia juga bangsawan di Gowa. Ikrar ini dikemudian hari dimonumentalkan dengan berdirinya benteng Sombaopu (Somba rigowa dan opu ri luwu, arrung matoa ri wajo)
    La Tan-ri Tatta Daeng Serang, bukan pewaris sejati Arrung di Bone karena Daeng Serang adalah pewaris sejati Arung Tana Tenga, pamannya La Sombata (gelar yg diberi kaisar gowa) atau lebih dikenal bergelar Sultan Aidul Rahiem (sultan buton) yang bersaudara (bersepupu) dengan La Pottobunna Arung Tana Tenga. La Sombata dan La Pottobunna adalah 2 orang yang bersaudara ini merupakan bangsawan tulen dalam kerajaan Gowa. Oleh jasanya yang telah membantu menghancurkan Tellupocoe dengan basis dinul Islam. Maka mereka bersaudara diangkat pejabat (gubernur) pada 2 wilayah kekuasaan kerajaan Gowa (buton dan tana tengnga).
    La Pottobunna (ayahanda dari Daeng serang/tenritatta) beliau tidak sependapat dengan Kaisar Gowa dalam kebijakan membentengi Gowa dari VOC. Beliau tidak setuju dengan system kerja paksa yang melaratkan masyarakat bugis-makassar dalam pembangunan benteng, beliau berhaluan democrat dan memliki pengaruh yang berbahaya bagi kelompok extrime. Dan akhirnya oleh sejumlah tokoh berhaluan keras di Gowa menculik dan membinasakan beliau, beliau tidak mempan dengan senjata tajam berupa keris dan kalewang, maklum bangsawan tulen di Gowa. Dan akhirnya beliau dibinasakan dengan menggunakan pentungan-lesung.(ni dengka i)
    Mengetahui perihal tersebut Daeng Serang mengadukan nasib dan ketidak berdayaannya kepada kerabat dekatnya yakni Karaeng Pattingaloang guru bangsa diistana kerajaan Gowa. Dan sebagai rasa ibah pada keponakan, maka Daeng Serang diangkat menjadi murid dan dikjaya sebagai salah seorang murid dari 3 orang murid yakni (Daeng Mattawang karaeng bonto Mangape, Karaeng Karunrung Dan Daeng Serang peta tana tengnga). Mereka ditempa dan Daeng serang mendapatkan peluang yang baik karena menjadi murid yang dekat dengan gurunya.
    Sebutan Daeng untuk Daeng Serang bukan karena sejatinya sebagai orang Gowa tetapi sebutan bangsawan dari daerah Luwu. Demikian juga Daeng Mattawang meskipun beliau sejatinya orang Gowa tetapi sebutan daeng itu masih berasal dari leluhur bumi sawarigading.
    Sebutan andi XXXX adalah sebutan alur kebangsawanan yang diwariskan hasil genetis (keturunan) Lapatau, pasca bugis merdeka dari orang Gowa.
    andi XXXX ini dimulai ketika 24 January 1713 dipakai sebagai extention untuk semua keturunan hasil perkawinan Lapatau dengan putri raja bone sejati, Lapatau dengan putri raja Luwu (yang bersekutu dengan kerajaan Gowa), Lapatau dengan putri raja Wajo (yang bersekutu dengan kerajaan Gowa), Lapatau dengan putri Sultan Hasanuddin (Kaisar Gowa), Anak dan cucu Lapatau dengan putri raja suppa dan tiroang. Anak dan cucu Lapatau dengan putri raja sejumlah kerajaan kecil yang berdaulat di Celebes.
    Perkawinan tersebut sebagai upaya VOC untuk membangun dan mengendalikan Sosiologi baru di Celebes. Dan dengan alasan ini pula maka semua bangsawan laki-laki yang potensial pasca perjanjian bungaya, yang extrim dikejar sampai ke pelosok nusantara dan yang softly di minta tinggalkan bumi sawerigading (Celebes).
    Siapa yang pungkiri Jendral M. Yusuf bangsawan bugis, tetapi beliau enggang memakai produk exlusiveme buatan VOC. Beliau sejatinya orang Bugis genetis sang Sawerigading.
    Siapa yang pungkiri Yusuf Kalla sebagai bangsawan bugis tetapi blio tidak pakai gelar andi XXXX karena bukan keturunan langsung Lapatau.
    Orang bugis pada masa itu (bukan masa sekarang) bukan tidak berniat menjajah setelah dijajah orang Gowa tetapi tidak berdaya untuk menjajah karena majikannya (VOC) yang telah menjajah.
    Jadi jangan jadi orang bugis yang picik, jadilah orang bugis yang Makassar dan orang Makassar yang bugisme. Karena kalian semua adalah genetis sang batara guru-sawerigading. Untuk itu jangan mengkulturkan seorang Daeng Serang yang dapat membuat gesekan. Tetapi berdoalah kepada Allah SWT yang telah menganugrahkan sang pembebas, sang pembebas juga belum tentu meminta berlebihan seperti yang anda lakukan seperti saat ini. Dan barang siapa yang menyebut sang pembebas tersebut sebagai penghianat maka semoga Allah mengampuni kedurhakaannya kepada orang yang berjasa menghentikan ke zaliman.
    Ya Allah berilah kesejateraan kepada Baginda Jendral M. Yusuf di alam akhirat demi kesuritauladanan-nya kepada kaum bugis-makassar.
    Ya Allah berilah kesejateraan kepada Baginda Daeng Serang di alam akhirat demi jasanya yang membebaskan kaum bugis-makassar dari kezaliman.
    55.
    Andi Wangi Daeng Bau Berkata:

    on Maret 24, 2008 at 7:06 am

    Majapahit identik dengan Gajah mada, tapi bone jangan identikkan terlalu poros dengan sang pembebas kita. Ingat ! kita masih terpuruk, ingat kita masih minoritas dalam NKRI. Ingat kita harus bersatu sesama to ugi, siagadang tau mangkasara. Ingat kita masih butuhkan dukungan orang banten, madura, sunda. Jangan memilih gesekan sekecil apapun potensinya karena orang bugis makassar harus lebih cerdas emosionalnya. Karena Intelektualnya te-uji karena meskipun kamum minoritas tapi rata-rata hebat. Betul ga puang Anto, Iya ga Daeng ucu. Ok ! bang syahrul ! Tanyami pak amin syam !
    Barang siapa yang menyebut Daeng Serang Penghianat, maka dia adalah orang kerdil. Tapi barang siapa yang terlalu berlebihan dan terlalu mendewakan belia maka anda kembali seperti masa jahilia. !!! untuk belau ga punya keturunan dan mungkin itulah cara Allah memelihara orang bugis. Sebab kalo ada keturunan beliau barangkali sudah ada yang sembah beliau. Ingat lata dan Uzza sebagai berhala awalnya adalah orang saleh tetapi karena terlalu dikulturkan dan dibuat patungnya akhirnya orang arab menjadikannya berhala. Ada kemiripan antara Muhammad yang terselubung nasabnya dengan beliau sang pembebas orang bugis. Mungkin Allah masih menyayangi orang bugis !
    Sadarki daeng, bangunki andi ! Dunia tak selebar kerajaan bone. Dan masih banyak lagi yang akan membebaskan orang bone dari konflik masa depan lalu dimana semua kamu mau simpan patungnya kalo jadi pahlawanki sampai tahun 5010

    1. Klu bikin ko statement, yg jelas, ada referensi nya. Bpk x Arung Palakka itu bkn Orng Gowa. Tp orng bone Asli. Arung palakka Juga. Pertempuran Bone sm Gowa, itu terjadi karena Gowa iri sm Kerajaan Bone yg baru muncul dan mampu bersaing dengn Gowa stelah Luwu sm Gowa berkuasa, dan di segani Raja Gowa. makax Gowa bersekutu sm Luwu untuk menguasai Bone yg Kuat. krn takut untuk di kalahkan, makax Gowa bikin sekutu. bgtu sterusx smpe turun temurun, Gowa menjajah bone. Arung palakka muncul untuk membesaskn Rakyat bone dari Gowa yg haus kekuasaan, dan untuk membuat perdamaian. dan berhasil. Disini kita tdk bicara Indonesia. Kau bilang menyembah!!! Astagafirullah, Arung Palakka itu kuat sekali Agama nya, bahkan dia salah satu dari Wali Pitue yg Ada di Sul sel. itu mencerminkn bahwa msrkt bone tdk menyembah beliau, cuma Menghormati Beliau… Jagn memuat suatu yg mengada ada… hrus ada referensix… Buktinya…

  10. Arung Palakka adalah sebuah cita-cita luhur bagi putra daerah yang menjunjung tinggi siri dan pesse. Meski sebagian orang menyebutnya sebagai tokoh yang berpihak kepada kompeni, akan tetapi ada landasan yang mengakibatkan ia lahir dalam sebuah karakter seperti itu. Semua ini dilatar belakangi oleh semangat dan cintanya kepada rakyatnya khususnya masyarakat Bone dan Soppeng. Bahkan kepada beliau Petta Malampe Gemmena, saya berbesar hati dan bangga menjadi masyarakat bugis yang memiliki keterikatan dengannya.
    Saya berharap akan ada sebuah film di Indonesia yang mengangkat kisah Arung palakka. Kiranya ada penelusuran mengenai kisah sesungguhnya bahwa Arung palakka adalah seorang pahlawan bagi masyarakat bugis.

  11. Gejala nafas heroik, slogan, dan segala hal ikatan emosional yang menghantar hiruk pikuk sejumlah putra-putri bugis dalam fenomena Aru Palakka nampak-nya. Nampak nya suku bugis lebih suka disebut bangsa bugis.
    Kata kawan saya orang bugis sekarang mengesani diri merdeka Tahun 1660 dengan adanya monumen Tokoh Sang Pembebas (Aru Palakka) dan setelah dijajah Kurang lebih 30 Tahun oleh suku Makassar.
    Dengan sikap itu pula orang bugis sekarang mengesani diri tidak di jajah oleh Belanda (VOC) kenapa begitu…!?!?!? Lho buktinya mereka sudah merasa bebas koq, dan satu-satunya yg dianggap pahlawan cuma aru palakka yang lain dimata mereka hanya orang sedikit berjasa seperti Soekarno, Agus Salim, Andi Jemma, Andi Tonro dll.
    Padahal kita khan sama mengetahui bahwa setelah Kerajaan Gowa Hancur maka dimulailah babak penjajahan Hindia Belanda di tanah Sulawesi, tetapi sebaliknya mereka dibebaskan.
    Apakah orang bugis tidak sadar 30 tahun itu hanya masa lalu dengan segala kekeliruan yang dibuat orang gowa
    Apakah orang bugis lupa bahwa setelah 30 tahun berikutnya telah memasuki era dijahah selama 350 tahun.
    Mana yang lebih pahit ? atau kalian semua merasa lebih manis dijaman hindia belanda dan terlalu menyakitkan hanya dengan persoalan 30Tahun. Dan itupun cuma anda yang Alami, karena akar pertikain 30 Tahun dilaknati adalah perebutan politik para putra bangsawan dan bukan universal antara etnik. Jadi keliru sebutan sang pembebas!!!! bebas dari siapa dan setelah itu aman dari siapa, apa anda maksud bebas dari orang makassar dan telah aman dari belanda. Ingat bukan orang gowa yang jajah anda sebenarnya tetapi oknum orang gowa, dan ternyata yang anda sebut sebagai sang pembebas (Daeng Serang) itu sendiri oknum orang gowa juga khan. Orang bugis rupanya pendendam terselubung, payah !!!
    Perjanjian Bungaya oleh VoC dengan Sultan Hasanuddin sebagai perjanjian damai. Mana ada perjanjian damai dengan belanda yang ada perjanjian penaklukan, tunduk !!!
    Sudah sejauh apa sih kerusakan yang terjadi dengan 30 tahun dibanding setelah itu selama 350 tahun, atau jajangan emang anda tidak merasa dijajah ???? atau karena memang karena tidak dijajah sehing kehilangan nilai heroik makanya sulit menemukan tokoh atau figur lain yang dapat di usung sebagai pahlawan sehingga dominan hanya aru palakka, Ya kalo emang nggak ada pantes cuma aru palakka yang difigurkan

    1. bissmilahi rahmani rahim.
      assalamualaikum.wr.wb
      yang jelasnya arung palakka adalah sang pembebas dari kerja rodi di kerajaan gowa…
      perumpamaan.coba kalian rasakan,mana yang lebih sakit rasanya di musuhi oleh saudara sendiri atau di musuhi orang lain.jadi tentunya sudah jelas lebih sakit di musuhi oleh saudara sendiri.
      arung palakka meminta bantuan voc karena merasa di tindas bersama beberapa pengikutnya dan disuruh kerja paksa pembuatan kanal.dimana coba letak kemanusianya…
      dan perlu kita ketahui bahwa jauh sebelumnya indonesia belum ada di saat kerajaan bone dan gowa,dan andaikan indonesia sudah ada,maka bukan lagi kerajaan bone atau gowa namanya tapi indonesia yang tidak lain sekarang adalah kabupaten gowa dan kabupaten bone mas broe. .
      aku asli orang bugis bone merasa salut dengan perjuangan arung palakka yang membela daerah kerajaannya dan belia pantas di angkat sebagai sang pembebas bone dan bekerja sama dengan soppeng demi orang soppeng yang jadi tawanan kerja paksa di gowa. .
      blog: sulaimanumifik@blogspot.com
      facebook:rahasiakitaberdua12@yahoo.co.id
      twitter:@sulaimanbone
      assalamualaikum.wr.wb

  12. Kisah sekitar tahun 1660, Bone dan Gowa bertikai. Arung Palakka sebagai salah seorang pemimpin Bone tidak bisa menerima perlakuan para bangsawan Gowa yang menindas rakyatnya dijadikan monumental pembebasan. Padahal itu hanya kisah pendek 30 Tahun. Lebih Pahit bos setelah itu dan selama 350 Tahun dijajah Hindia Belanda. (kecuali kalo anda merasa tidak dijajah)
    Syukur lah karena Allah masih sayang kita dan mengutus putra-putra terbaik bangsa sebagai pembebas sejati seperti Soekarno, Hatta. Andi Bau Massepe, dll.
    Haiii !!! bangunlah putra-putra sang legendaris Lagaligo, tempatkanlah sesuatu secara proporsional dan tidak emosional. Lebih baik rasulullah yang anda figurkan dan pasang patungnya jika emang nggak ada figur lain, sebab dialah sang pembebas sejati !!! Knapa ? apa anda takut disebut bid”ah tapi apa dengan patung aru pallakka tidak bid’ah ?

    Hai orang bugis ! jadilah orang bagus, jangan ikuti yang keliru suka pasang patung pahlawan mereka. Karena kalo perilaku itu disukai Allah maka sudah pasti ada gambar atau patung Muhammad SAW, tapi karena itu tidak disukai maka diraibkan segala hal yang sifatnya lahirian blio. Apatah lagi si Daeng Serang tentu Allah nggak lebih sukakan karena dari situlah akarnya kemusrikan.

    1. Salahkan ko juga orng yg membuat patung2 pahlawan… Indonesiamu… kamu bikin statemant yg jelas, intinya kamu iri sm Bone… lebih baik bone manjadi negara sendiri, dari npada indonesia Korup…

    2. astagfirullah,sodaraku disini kita hanya untuk berbagi ilmu.allah tidak melarang kita untuk menggali terus sejarah2 selagi kita tidak bid’ah…
      masalah foto atau patung,itu bukan masalah.
      patung arung palakka di dirikan hanyalah untuk mengenang jasa2xa mas brow,sama halnya dengan makam,bedanya patung dipasang di tengah kota agar lebih meluas,bahwa para pendahulu kita itu adalah seorang pejuang atau pembebas,n pembebas itu adalah yang di muliahkan allah sodara..
      foto2 arung palakka di pajang dimana-mana,itu ng jadi masaalah,allah tidak melaknat dan melarang hal itu pada hambaxa,selagi kita tidak menjadikanxa sesembahan.contoh foto 4 sahabat nabi,foto seh abdul qadir jailani,n lln..

      masaalah di jajah atau menjajah.itu semua adalah masa lalu yang harus kita gali dan kita petik kebenarannya,n menjadikan kesalahan itu sebagai refrensi pembelajaran..

      marilah kita sama2 mencari kebenarannya.karena ada juga mengatakan dari para pendahulu kita,kalau arung palakka masuk sebagai bagian dari wali pitue/7….

      perlu kita ketahui saudaraku,bahwa kunci surga itu adalah ashadu anlailaha illallah wa’ashadu annamuhammaddarasulullah. . .

      tidak ada dosa yang tidak di ampuni allah,selagi kita masih memiliki pegangan terhadapnya,kecuali bagi mereka yang tidak mempercayai adalnya allah dan rasulnya/nabi2xa,n lln. .

  13. Hidup orang bugis sang bagus !!! semoga Allah selalu memberi karunia kebagusan putra-putri sang pewaris legenda I Lagaligo. Aku bangga jadi orang bugis yang obyektif ! Aku bangga melihat kecerdasan-keberanian, Jendral M. Yusuf, Yusuf Kalla, Syeh Yusuf, Yusuf Manggabarani, Andi Alfian Mallarangeng, Andi Rizal Mallarangeng, mereka semua ok lho!

  14. saudara-saudari sekalian,
    SEJARAH DAN MITOS ADALAH DUA HAL YANG BERBEDA. ADAKALANYA SEJARAH IMBUH MITOS SEHINGGA MENJADI CERITA RAKYAT. SEJARAH KADANG-KADANG TIDAK LEPAS DARI SIKAP SUBJEKTIF PENULISNYA, KALAU BUKAN MENDOMINASI. AKAN LEBIH BAGUS MENGKRITISI SEJARAH DENGAN CARA BERDIRI DI TENGAH-TENGAH, MELEPASKAN ATRIBUT SUKU & AGAMA DAN AFILIASI POLITIK PELAKUNYA SEHINGGA KITA MENEMUKAN UTUH SEJARAH.

  15. saudara2 sekalian,

    saya salut kepada penulis tanahbone, diantara komentar yang ada saya respect dengan pendapat saudara chenk benk, bahwa berbicara tentang sejarah, maka seharusnya berdiri di tengah2. sehingga tidak menimbulkan bias dan akhirnya menjadi mitos dan bukan lagi sejarah.
    Kasihan generasi selanjutnya, generasi Bangsa Indonesia jika suatu saat meyakini sebuah mitos menjadi sejarah.

    Dan perlu diperhatikan bahwa pemberian gelar pahlawan tentunya berdasarkan sudut pandang kenegaraan, oleh karena itu sepatutnyalah kita menghormati para pahlawan kita.

    sebagai ilustrasi si Westerling merupakan salah satu pahlawan bagi belanda yang telah menjadikan belanda seperti sekarang ini. Namun bagaimana dengan rakyat Sulsel?

    salam,

  16. Kelihatannya sejarah tidak mengklaim penghianat untuk Negara Kesat RI si Daeng Serang tsb alias aru di palakka thn 1667.(Maaf jangan sebut aru palakka karena aru palakka ada beberapa orang silih berganti
    Kelihatannya sejarah tidak mengklaim penghianat untuk Negara Kesat RI si Daeng Serang tsb, Akan tetapi beliau memang bekerja sama dengan Spellman (belanda), dan kapitan joker dalam memerangi Negara Mataram, Negara Padang dan negara Parahyangan diwaktu lampau.
    Dinegara Gowa emang Daeng Serang punya alasan dan strategi tepat untuk menjalin hubungan dengan Belanda untuk memerdekakan diri, Tetapi tdak dengan Negara Mataram, parahyangan, dan juga padang.
    Ingat Sejarah tidak menyebut daeng serang atau aru palakka (1667)sebagai penghinat RI. Tetapi sejarah hanya menyebutkan bahwa emang blio kerjasama demngan VOC memerangi Parahyangan, Mataram, BANTEN, PADANG dan Gowa.
    Ga ada yg pernah nyebut blio penghianat bagi Negara RI. Tetapi kalo kerja sama emang iyakan ?!?!?.
    Celakanya saja sekarang orang di bone (bukan maksud saya orang bugis)membuat patungnya gede banget, seolah-olah orang bone lebih awal merdeka dari RI. Seolah-olah dijajah belanda 300tahun tidak seberapa pahitnya dibanding dijajah Gowa yang hanya 30tahun saja.
    Apakah setelah bone merdeka dari Gowa Via bantuan belanda negara bone sudah tidur nyenyak??? tidakkan ! lalu koq kenapa terlalu membesar-besarkan sesuatu yang dapat menjadi pemicu gesekan????
    Orang bone kan banyak pahlawan lainnya sperti Arung Labuaja, Latemmasongeng, Arupalakka ke sekekian setelah arupalaka si deang serang.
    Jangan memaksakan sesuatu yang mengesani diri kaum yg exlusive.
    Sudahlah perihal Daeng serang yg penting ngak disebut penghianat Negara RI, dan bliokan cuma disebt kerja sama dgn VOC untuk taklukkan Mataram, Banten, Gowa dan padang. Sekarng yang penting mana loyalitasmu untuk Republik ini. Oke

  17. mw jg ye, kacian minta bantuan sana-sini sampe oarng kafir belanda pun yang menjajah orang pribumi n mw dikatakan pemberani, bekerja sama. trus gimana yeah, SULTHAN HASANUDDIN (SANG PAHLAWAN, KESATRIA, PENYEBAR AGAMA ISLAM, YANG MEMPERSATUKAN KERAJAAN2 KECIL UNTUK MELAWAN BELANDA) dia to bah digelari oleh musuh sendiri (belanda) alias sodara si palakka yang pemberontak n pengkhianant itu/khawarij “AYAM JANTAN DARI TIMUR”, gimana lagi kalu yang muji bukan musuh, sama seperti RASULULLAH shallalahu ‘alaihi wa sallam dikatakan AL AMIN oleh musrik kuraisy.
    n butuh dingat wahai saudaraq dalam aqidah islam yang shahih dari generasi terbaik islam yang masih murni dari kalangan sahabat dan tabi’in, mereka berprinsip/ berkeyakinan tidak bolehnya memberontak pada penguasa meskipun penguasanya dzalim,kalu mw dalilnya hub aq.
    sebenarnya masih banyak yg mau aq tulis tapi malas membahas perkara yang sudah jelas.

    1. perkaranya sudah jelas kamu yang salah, kira2 gimana perasan mu apabila saudara2 mu d paksa meninggalkan rumah nya dan d paksa bkerja & d siksa…jd patut lah masyarakat Bone skarang ni membikin Patung Daeng Serang yg besar dg maksud untuk menghormati beliau…

    2. Kamu itu hati2 kalu bicara… orng bone smw menghormati Arung palakka, krn jasa beliau. Arung palakka Adalah salah satu Wali Pitue Di Sul sel, jadi Beliau yg mneruskn perjuagna Rasulullah SAW untuk membela ISlam, seperti Wali Songo di Jawa…. kmu sendiri jg membanggakan Sultan Hasanuddin, padahal tdk terlalu berjasa ji bg Indonesia. Lebih baik Ada Kerajaan Bone yg berdiri sendiri seperti Yogyakarta, dr pada Indonesia Korup…

  18. dan kata ALLAH Tabaraka wa Ta’ala “wala takun lilkhaainina hasimaa”, artinya “janganlah engkau menjadi pembela bagi orang yang berkhianant.
    kasihan, kasihan sekali lu, lebih baik cerita masalah kepahlawanan sahabat deh, jangn sukuisme n geoisme donk, mentang2 sekampung dibela habis-habisan, n ini bertentangan dengan prinsip dasar ajaran islam yang loyalitas dan antipatinya diangun diatas Al Quran dan As Sunnah menurut pemahaman sahjabat.
    Oke……

  19. “Tabaraka wa Ta’ala “wala takun lilkhaainina hasimaa”, artinya “janganlah engkau menjadi pembela bagi orang yang berkhianat”
    LUAR BIASA …. (….memprihatinkan!!!)
    Anda memakai dalil yang sangat lemah (dalam konteks ini).
    Jika kita mengais fakta sejarah ke belakang, penjajahan KERAJAAN GOWA atas KERAJAAN BONE yang telah berdaulat saat itu sesungguhnya dimulai ketika Kerajaan Bone, melalui MangkauE La Maddaremmeng-Raja Bone ke 13 hendak menegakkan panji-panji syariat Islam melalui prinsip (Rabbunallah-MahaPengaturku adalah Allah), maka sifat pengecut (salah satu ciri orang-orang munafik) beberapa bangsawan mengadu ke Kerajaan Gowa, termasuk ibu kandung Mangkau La Maddaremmeng sendiri agar memerangi PENEGAKAN SYARIAT ISLAM di KERAJAAN BONE. Akhirnya, tentara I-Manga’rangi Daeng Manra’bia Sultan ‘Ala ud-din menyerang kerajaan Bone. Beberapa bangsawan, termasuk pasukan elit kerajaan di bawah pimpinan Anreguru Ana’karung, tewas dalam peperangan. BONE TAKLUK DALAM PENEGAKAN SYARIAH DARI KERAJAAN GOWA, dan dimulailah babak baru, babak duka penjajahan Kerajaan Gowa atas BONE.
    Pada masa ini, banyak diantara bangsawan Bone yang disiksa dan dinjak-injak martabatnya dipekerjakapaksakan membangun benteng Somba Opu. Benteng ini sendiri awalnya dibangun atas dasar pertimbangan ekonomi, untuk mengahadapi persaingan dagang dengan Portugis, Spayol, Arab, Perancis, Belanda, dll, BUKAN ATAS DASAR PENJAJAHAN (perlawanan) Belanda. Waktu itu, Belanda masih merupakan rekan Bisnis kerajaan Gowa. Karena latar belakang ekonomi ini juga lah akhirnya Kerajaan Gowa mulai doyan perang.
    Inilah yang mengawali perlawanan Bone (ANDA BOLEH MENYEBUTNYA PENGKHIANATAN, TAPI ORANG PINTAR (SAYA SANGAT YAKIN) AKAN MENYEBUTNYA SEBAGAI PERLAWANAN ATAS PENJAJAHAN.
    (JELAS, PRINSIP PARA SAHABAT, TIBI’IN dan TABIUT-TABI’IN YANG ANDA DALILKAN TIDAK PARALEL DENGAN KONTEKS INI). “Prinsip tidak bolehnya memberontak pada penguasa meskipun penguasanya dzalim” yang anda dalilkan untuk mempertegas pendapat Saudara sungguh sebuah kecerobohan, kalau bukan kebodohan luar biasa. Itu hanya ilusi Saudara. Saya tidak perlu mencari dalil (membuat hadis seakan-akan datang dari Rasulullah atau mungkin mengutip firman Allah dari al-Quran) untuk sekadar melegitimasi pendapat saya.
    Penjajahan ini lah yang diwarisi oleh Sultan Hasanuddin, dan keterjajahan ini pula lah yang diwarising oleh Arung Palakka beserta bangsawan-bangsawan Bone lainnya (ada juga orang Bone yang turut menjajah saudaranya, mereka lah yang mungkin tepat untuk dikatakan sebagai pengklhianat.
    Islam bukan agama ilusi dan khayal, juga bukan agama yang terbatas mengajak individu saja mencapai kesempurnaan, tapi Islam adalah agama kodrat (fitrah), yang dengan itu seluruh umat manusia, dalam arti individu dan masyarakat, dikodratkan.
    Islam adalah agama yang didasarkan pada kebenaran, kebebasan dan tata-tertib. Dan oleh karena perang adalah kodrat manusia juga, maka membersihkan atau mengoreksi pikiran tentang perang dalam jiwa kita lalu menempatkannya ke dalam batas-batas
    kemampuan manusia yang maksimal, adalah cara yang mungkin dapat dicapai oleh kodrat manusia itu, dan yang akan melahirkan kelangsungan evolusi hidup umat manusia dalam mencapai kebaikan dan kesempurnaannya. Koreksi atas konsepsi perang ini yang paling baik ialah hendaknya jangan sampai terjadi perang kecuali untuk membela diri, membela keyakinan dan kebebasan berpikir serta berusaha kearah itu. Hendaknya rasa harga diri umat manusia secara integral benar-benar dipelihara. (Muhammad Husain Haekal, Biografi Muhammad SAW).
    SEMOGA TERCERRAHKAN.

  20. Siapa yang tak mengenal Sutomo atau yang lebih akrab dipanggil Bung Tomo? Seorang jurnalis yang pidato-pidatonya maupun siaran radionya menyemangati tentara-tentara memalui kalimat-kalimat pembuka, “Allahu Akbar,allahu Akbar, Allahu Akbar, serang Belanda, hancurkan NICA dan sekutunya………” telah mengobarkan semangat juang sejak awal hingga akhir pertempuran pada tanggal 10 Nopember 1945 yang diperingati tiap tahun sebagai hari Pahlawan. Masa Orde Lama, beliau disingkirkan oleh Soekarno, sedangkan pada masa Orde Baru yang semula dikawanya diasingkan oleh Soeharto hanya karena kritikannya pada kebijakan Orde Baru. Setelah meninggal pada tahun 1981 di Makkah, pemerintah Orba menangguhkan pemberian gelar pahlawan. Hingga saat ini, faktanya beliau belum menerima anugerah dari Pemerintah Republik Indonesia sebagai Pahlawan Nasional atau Pahlawan Kemerdekaan. Namun peranannya dalam menyemangati perjuangan tentara rakyat Indonesia melawan Belanda yang diboncengi NICA di Surabaya tidak bisa menutup mata rakyat Indonesia, rakyat Indonesia tetap menganggap beliau sebagai seorang pahlawan.
    Tulisan ini dimaksudkan tidak lain untuk mengoreksi sejarah perjalanan bangsa Indonesia yang bersifat doktrinal. Jika kita barangkat pada peringatan-peringatan nasional, bisa jadi nation-state baru ada pada tahun 1928 melalui sumpah pemuda atau pada tahun 1908 yang diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional, serta jika acuannya adalah PERSERIKATAN seperti pada Budia Utomo maka kebangkitan nasional sudah ada sejak berdirinya Syarikat Islam pada tahun 1905. Dengan kata lain Indonesia sudah ada pada tahun 1905 melalui Syarikat Islam, atau pada tahun 1908 melalui Budi Utomo atau pada tahun 1928 saat pemuda-pemuda nusantara berkumpul mengikrarkan Sumpah Pemuda. Istilah “nusantara” dipakai oleh Dr Setia Budi (Ernest Francois Eugene Douwes Dekker) diambil dari kitab kuno pararaton untuk menujuk bekas wilayah kerajaan Majapahit, Indonesai sekarang. Sedangkan kata Indonesia diperkenalkan oleh James Richardson Logan, pada JIAEA Volume IV, halaman 252-347 pada artikel berjudul The Ethnology of the Indian Archipelago untuk menggantikan istilah Indian Archipelago. Dengan demikian, maka bangsa Indonesia sudah berdiri sejak 28 Oktober 1928 dan diproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.
    Atas dasar ini, boleh jadi dibalik pemberian anugerah pahlawan pada masa lalu hanya lah berdasarkan “rasa suka” dan “rasa tidak suka” tanpa melakukan penelitian; atau hanya berdasarkan kepentingan persatuan negara pada masa awal kemerdekaan; atau parahnya memberikan gelar pahlawan nasional bagi raja-raja/bangsawan-bangsawan lokal masa lalu, yang belum mengenal nation-state, untuk membungkam pemberontakan-pemerontakan di daerah demi keutuhan negara.
    Berangkat dari ketiga paragraph di atas, saya ingin mengatakan bahwa (meminjam istilah Chenk Benk) GELAR PAHLAWAN HANYALAH PEMBERIAN DAN PARALEL DENGAN ISTILAH PENGAKUAN YANG SEWAKTU-WAKTU BISA DIELIMINIR, DIKOREKSI.

  21. Sejenak perenungan, jika nada semua memikirkan betapa besar aset informasi dan komunikasi yang terkubur di Bumi NUsantara ini…namun sejenak menjadi perenungan pula bahwa “KESIBUKAN AKTIVITAS POLITIK CUKUP MENGURAS PIKIRAN SETIAP KHALAYAK TIDAK BISA BEKERJA, MENELITI DENGAN CERMAT KARENA DI SANA SINI TERJADI KEKACAUAN…SEJARAWAN BANGSA INI, BERSUARALAH SEBAGAIMANA YANG TELAH DISUARAKAN LANTANG PARA PENDAHULU KITA…

  22. salut buat kawan dari Bone..
    Cerita tentang Aru Pallaka memang selalu menjadi pembicaraan yang menarik..
    Bertambah lagi refrensi saya tentang Aru Pallaka..Selain lewat cerita orang dan buku-buku..saya mencoba menelusuri kehidupan dg.serang melalui tempat-tempat bersejarah yang pernah menjadi tempat tinggal beliau..

  23. Ada beberapa hal yang diperhatikan dalam misi perjuang Arung Palakka dalam kondisi dewasa, dan sekaligus menjadi motivator untuk senantiasa menanamkan zssemangat juang bari seluruh anak bugis yang leluhurnya dari tanah bone yaitu:
    1. keadilan, konteks kekinian adalah bagaimana membangun keadilan sebagaiman Arung Palakka merasi diperlakukan tidak adil oleh kerajaan atasan.
    2. Kemerdekaan, bahwa setiap manusia lahir dengan fitranya sebagai mahluk yang merdeka, Oleh karena itu kita sebagai anak bangsa, perlu memerdekakan diri kita dari ekonomi, budaya teknologi Yang telah menjajah kita dewasa ini. Dan arung palakka perlu dicontoh bagaimana kegigihannya memerdekakan diri, keluarga dan seluruh rakyat bone daru salah satu model penjajahan yaitu penjajahan fisik.
    3. keteguhan akan pesse, siri dan were, dalam diri Arung palkka perlu dicontoh oleh yang mengaku semiliki leluhur Bugis Bone,, dengan Mengartikan bahwa Pesse itu merupakan simbol yang harus terbangun dalam diri setiap putra bugis kalau ada tatangan yang harus dihadapi dalam rangka mencapai cita-cita untuk kemaslahatan ummat. Demikian halnya dengan Siri merupakan harga diri, diarahkan agar setiap putra bone untuk merasa malu kalau cita-citanya tidak berhasil tentunya yang bersifat positif. Oleh karena itu, bahwa setiap putra bone harus merasa malu kalau cita-cita (positif, seperti studi, mensejahterakan diri, keluarga dan masyarakat sekelilingnya) gagal. dan seterusnya.
    Bustang

  24. Terima kasih kepada seluruh handai taulan yang telah memberi support kepada kami sekeluarga selama ayah dan mertua kami Andi Mappasissi petta Awangpone dari sakitnya di RS. Dr Wahidin hingga akhirnya berpulang ke rahmatullah pada tanggal 19 Juli 2008 dan telah dikebumikan di makam keluarga di Watampone pada tanggal 20 Juli 2008. (menantu, istri dari Andi Sumange Rukka, putra ke 5) Semoga Allah Swt memberi rahmat dan hidayahnya kepada kita semua.

  25. Hmmm antum Aru Palakka Banget. Jangan terpengaruh oleh kata siapapun. Bagaimanapun juga Aru Palakka telah berjuang keras apapun itu. Semoga Allah berkenan menempatkan para pejuang2 dekat dengan Nabiyullah.

  26. saya setuju bahwa Aru Palakka adalah pahlawan bagi orang bugis dan I Mallombassi adalah pahlawan orang mangkasara bukan indonesia sekalai lagi indonesia belum ada saat itu, kalaupun hasanuddin, diponegoro, imam bonjol dimasukkan sebagai pahlawan nasional menurut saya itu keliru karena nasional lahir pada tahun 1928 dengan dekrit sumpeh pemude. kenapa ngga sekalian aja Hayam Wuruk menjadi pahlawan nasional karena berhasil mempersatukan nusantara, dan Ra Tanca, Ra Kuti sebagai penghianat bangsa karena memberontak ke majapahit. Aru palakka juga memberontak terhadap kerajaan Gowa bukan terhadap indonesia.

    Sejarah selalu di tulis oleh pemenang… seandainya kita tetap di jajah belanda…. Mungkin Aru Palakka adalah pahlawan Hindia Belanda
    dan yg lain2 adalah penghianat…

  27. aru palakka hanya seorang pemimpin yang menginginkan kedamaian pada rakyatnya. sayang si licik voc yang ingin mengambil keuntungan melihat ini sebagai peluang untuk menguasai daerah makassar dan sekitarnya, voc sebelumnya mengalami hambatan dari penguasa makassar yang bernama sultan hasanuddin. akhirnya voc dengan licik mengadu domba aru palakka dengan sultan hasanuddin. voc mengatakan pada aru palakka bahwa sultan hasanuddin-lah yang bertanggung jawab penuh atas kesengsaraan yang menimpa rakyatnya, dan menyatakan pada aru palakka bahwa hanya dengan menyingkirkan sultan hasanuddin rakyatnya akan mendapatkan kedamaian. sebenarnya diantara mereka(aru palakka & sultan hasanuddin) tidak ada yang pantas disebut pengkhianat atau penjahat karena penjahat yang sebenarnya adalah voc.

  28. salam kenal buat semua, menurut org tua kami msh punya hub dgn kesultanan bone, lahir dan besar di kalimantan timur, sy bangga punya sejarah sebagai keturunan bone yg begitu berpengaruh di sulawesi selatan dan mempengaruhi sejarah nusantara

  29. salam perkenalan, dan terimakasih utk moderator utk sejarah nusantara in.
    setelah saya membaca ini semua,saya ingin bertanya,
    1, apakah We Ténrituppu ( Sidenreng) berasal dari Wajo.
    2. adakah hubungan dengan Aceh-pedir(pidie sekarang?
    yah kalaulah ada , memang seharusnyalah kita mempelajari sejarah islam ini

  30. woiii saya orang wajo dirantau. ok konon dulu wajo memihak gowa,

    tapi disini saya pernah bertemu sekelompok orang2 makassar, saya pikir kita bersaudara, maka saya rajin mengunjungi tempat tinggal mereka,tapi, sorry bukan maksud provokasi, hanya pengalaman tidak kurang tidak lebih, PENGALAMAN TIDAK ENAK!!kalau sesama makassar berkumpul, mereka kadang menjelek jelekkan dan menertawai dialek bahasa bugis, beberapa kali tertangkap basah, dan jika bercerita tentang sejarah, mereka bilang, ah siap tuh aru palaka, tidak ada apa2nya. pernah menjajah tapi tidak merasa bersalah!! dan tidak punya sopan santun! apa kata tetangga mereka, mereka kurang ajar, tidak bisa menghormati penduduk lokal, dan banyak gaya! serba menjengkelkan! sama dengan yang saya alami!

    kalau dikasih hati maunya lebih, sampai korban harta saya berantakan gara2 mereka tidak punya sopan santun dan rasa menghargai suku lain, tinggi hati kalau bicara tidak mau kalah, DAN KALAU IRI HATI DITUNJUKKAN TERANG TERANGAN DENGAN UCAPAN2 !

    Karena saya sudah muak, maka saya bilang sama salah satu tetangga mereka itu, JANGAN PERNAH LAGI SAMAKAN BUGIS DAN MAKASSAR!! KARENA BUGIS SEPERTI SAYA SUDAH MUAK!! SAYA PAMIT!!

    HAI ORANG BUGIS YANG DI KOTA MAKASSAR, KALAU MENGAKU WARGA KOTA IYA TAPI JANGAN MENGAKU SUKU MAKASSAR!!
    MEMALUKAN!! ANGGAP SAJA DIRI KALIAN ITU SAMA DENGAN CHINA YANG JUGA PENDATANG!!! KALIAN TIDAK MALU MENGAKU MAKASSAR???

    KALAU INGIN MEMBANGUN, UANG HASIL KERJA KALIAN, BANGUN SAJA
    KOTA SAMARINDA YANG DIDIRIKAN OLEH ORANG WAJO, ATAU MARI KITA BIKIN KOTA BARU YANG BISA KITA KATAKAN, INI KOTA BUGIS,

    BIAR INDONESIA INI BISA MELIHAT, BISA APA SIH ORANG MAKASAR MEMBANGUN KOTANYA SENDIRI???? BIAR MULUT CEREWET MEREKA BUNGKAM !!!

  31. Ibnu Mafud al maoaoakasary!

    Apakah Islam pernah mengajarkan perbudakan dan penjajahan?

    TIDAK!! KE 2 HAL ITU MALAH AMAT DITENTANG OLEH ISLAM. JANGAN BAWA2 ISLAM LAH KALAU TIDAK MENENTANG PERBUDAKAN DAN PENJAJAHAN!

    PAKE OTAK SEBELUM BICARA!
    SEKALI TOLOL TETAP TOLOL!

    COBA PIKIR INI, DARI SABANG SAMPAI MERAUKE, SUKU MANA YANG SATU2NYA SANGAT BANGGA MENGATAKAN DIRINYA SENDIRI TOLOL??
    BEGITU BANGGA MENYEBUT2 BAMBANG DAN TOLOL…SEDIKIT SEDIKIT..KAMI INI BAMBANG DAN TOLOL??? KAMU!!

    TOLOL EMANG UDAH JADI KUTUKAN SUKU KAMU SEUMUR HIDUP!

    1. Kenapa orang makassar cepat marah atau emosi? Karena suku makassar perasaannya halus, yg menyebabkannya mudah tersinggung. Kenapa ada istilah tolo atau tolol? Karena suku makassar lebih sering menggunakan perasaanya ketimbang logikanya, yg ketika sirinya (harga dirinya) di usik oleh orang lain dia tidak akan berfikir panjang dan langsung menegakkan sirinya lagi dengan cara apapun, contohnya silariang. Setidaknya baca dulu bukunya, jangan langsung mengambil kesimpulan hanya dengan melihat sampulnya. Kau itu di butakan dendam, hanya karna kesalahan oknum makassar kau judge semua orang makassar seperti itu, jadi bagaimana kalau saya balik ngomong kalian orang wajo itu tdk punya pendirian! Padahal sy cuma mau singgungko, otomatis orang wajo yg lain juga marah, samami halnya ini yg kau bilang di atas, pikirko, jadi yg tolol sebenarnya siapa? Sayang ini di internet coba kalau di hadapanku kau bicara bukan lagi ujung lidah, ujung badik langsung kau dapat, saranku tdk usah terlalu kasar di forum seperti ini karna kesannya sebenarnya kau yg tolol, tdk punya isi, pendendam, picik dan cuma berani bicara di belakang (munafik). Tabe silahkan di bantahh

  32. emang matcai bone, tapinna cara’de’i mangkasara’. Jari nae anne tau karaetta ? Heheheheheheheeeeee . . ..

    Nakanai mangkasara’, emang riolonna mangkasra tena ruanna Hasanuddin emang “jangan” battu ratei parisanganna, tau bajii . . . .

    Nuissenggi hasanuddin, hasan + sanud + uddin . . . mantangi ri balla rompoa ri Gowa . . . . .

    jari punna Bone ero’, bangun balla sikamma balla lompoa ri Bone, jari kullei nacini’ tau, nae anne Arung Plakka . . . . kammai injo bossssss. . . .

    okeiiiiii . . . bosss … kutayang ri mangjasara’

  33. ahhhh gue jadi bingung,…yang jelas dari segi karakter emang beda bugis dengan mangkasara,.kata orang bugis agak halus dan yang paling halus bone begitupun sebaliknya,.makassar emang agak kasar tapi bangsawan mereka apalagi dari gowa,.bahasa mereka cukup halus,..kalaulah ada segelintir suku mangkasara agak “sombong” mungkin mangkasara pinggiran kurang pendidikan atau apalah namanya,..makassar memang terkenal pemberani,..tapi bugis juga TERKENAL suku perantau yang mampu cepat beradaptasi…

    kesimpulannya CUMA leluhur kita yang berperang tapi “kita” keturunan bugisimangkasara-ogiemangkasa tetap bersaudara,..

  34. apakah dari pihak moderator ad yg bisa membantu saya, dengan pertanyaan saya pada tgl 25 Okt. 2008 jam 03.55 itu? Saya ingin mengetahui silsilah dari T.Pakeh Sendri, yang menurut cerita istrinya adalah Putri dari Sidenreng? Saya akan menantikan balasan dari Bapak, saudara dan sampai nanti, salam saya

  35. mcm mana saya mahu membuat perjumpaan semula keluarga daeng dan kerabat raja bugis,kerana saya org malaysia dan saya ada salahsilah atau lontara dari kecamatan tondra yang ada cop mohor repiblik indonesia .saya tidak mahu nama atau ada yang menyamar kerabat tapi mesti ada bukti sahih.kerabat saya dan keluarga jauh saya berasal dari kecamatan tondra,dan saya ingin sekali berjumpa mereka.utk mengeratkan tali persaudaraan.

  36. Saya ingin menanggapi masalah di jajah 30 tahun (mungkin bisa kita ralat di sini karena kurun waktu Penaklukan Gowa atas Bone selama setengah abad yaitu dari 1611 hingga 1667) dibanding dengan 350 tahun…. Saya tidak melihat adanya pertalian sebab akibat bahwa setelah merdeka dari Gowa setelah di Jajah 50 tahun, hasilnya kita dijajah 350 tahun yang mingkin sama kejamnya.. itulah politik Pecah belah Belanda… dan Arua Palakka tentu tidak berfikir hingga sejauh itu.. karena dasar utama perjuangannya hanyalah Pembebasan dari Jajahan Gowa…

    Mungkin cukup adil bila kita gambarkan bagaimana penderitaan Masyarakat Bone dan Soppeng Ketika itu..

    Tahun 1660. Pada pertengahan tahun itu Jennang To Bala (Raja Bone – Regent Gowa) mendapat perintah Karaeng Karungrung… Mengumpulkan 10.000 laki-laki untuk ke Gowa menggali parit dan membangun kubu-kubu pertahanan di sepanjang Kota Somba opu..

    Pada akhir bulan Juli tibalah Arung Tanete dengan 10.000 orang Bone di Gowa… mereka membawa bekal, pacul dan linggis sendiri…

    Datu Mario (Arung Palakka) dan tawanan perang lainnya datang melihat orang senegerinya itu… malahan Datu Mario (arung Palakka) sering mengawal Karaeng Karunrung apabila beliau pergi memeriksa kemajuan pekerjaan penggalian parit dan membangun kubu-kubu pertahanan itu.

    Iba hati Datu Mario (Arung Palakka) melihat penderitaan itu, mereka bekerja dari pagi sampai petang… Dan celakalah barang siapa yang dianggap malas, Mereka didera dengan cambuk oleh mandor-mandor yang tak mengenal peri kemanusiaan. Yang dikhawatirkan akan membangkang, kakinya dipasung (Risakkala) …. banyak juga pekerja yang melarikan diri. Mangkubumi Karaeng Karunrung amat murka akan hal itu. Untuk menggantikan pelarian yang tidak tertangkap kembali, diperintahkan supaya semua tawanan perang yang ada di ibu kota ikut serta dalam pekerjaan itu….

    Pada suatu hari di awal bulan september 1660 itu Datu Mario pulang dari pekerjaan menggali parit. Didapati ayahnya telah tiada lagi, beliau telah dibunuh pada hari itu dengan kejam, karena ia mengamuk di hadapan Sri sSultan, disebabkan bermata gelap, melihat beberapa orang Bone disiksa. Mereka itu adalah pelarian dari tempat penggalian parit yang berhasil ditangkap kembali oleh rakyat Gowa…

    Peristiwa pembunuhan tersebut menunjukkan betapa Zalim dan kejam Sultan Hasanuddin. Di depannya didemonstrasikan penyikasaan rakyat Bone yang melarikan diri dari tempat kerja paksa, Ayah Aru Palakka datu mario di pancung didepan Sultan Hasanuddin…

    Sedangkan penderitaan dimasa penaklukan Gowa atas Bone dan Soppeng bisa diterangkan atas kutipan sebagai berikut :

    “…Mereka tidak bebas ke mana-mana, mereka harus melakukan segala kehendak tuannya, nakan dan minum tergantung daripadanya, nasibnya tergantung bulat-bulat kepada belas kasihan atau wewenang tuan-tuannya itu. Akan tawanan perang lain diantaranya dari Soppeng Arung Bila Daeng Mabelo, Arong Belo Tosade, dan Arung Ampanang nasib mereka tidak lebih baik dari Datu mario…

    Untuk Menggambarkan kehancuran Ekonomi rakyat Bone Masa Penindasan itu dapat di gambarkan sebagai Berikut :

    ” Tahun 1660…. pada akhir bulan Juli tibalah Arung Tanete Tobala dengan 10000 orang Bone di Gowa… bekal mereka terdiri dari nasi Jagung dan serbuk ikan kering yang lebih banyak garam daripada ikannya…

    Data dan fakta tersebut manggambarkan bahwa Bone di era pendukakan Gowa, mengalami kekurangan persediaan beras, sehingga mereka terpaksa makan nasi jagung saja, lauk-pauknya serba garam. Bekal jagung dan ikan garam tersebut cukup menggambarkan adanya monopoli beras Gowa atas Bone…

    Dalam penaklukan Gowa ini bukan saja dalam bidang sosial ekonomi, dalam Budayapun Bone mengalami penghancuran dengan di buatnya peraturan yang mempermudah terjadinya Zinah … di kemukakan sebagai berikut :

    “… Raja Gowa pada waktu itu menetapkan bahwa kejahatan Zinah baru terang kalau ada empat mata yang melihatnya. Aru Palakka menentang bahwa ketetapan seperti itu tidak boleh lagi dipakai, karena zinah tidak akan di buat kalau ada yang melihatnya, Jadi raja Bone menetapkan bahwa kejahatan zinah itu sudah terang jika gerak dan aanwizing-nya cukup, walaupun tidak ada yang melihat perbuatan itu”.

    Ketetapan Raja Gowa itu merupakan proteksi bagi laskar Gowa yang menduduki Bone pada masa itu, tentu banyak yang melakukan kemaksiatan zinah itu, yang tentunya menimbulkan kehancuran moral dalam masyarakat Bone

    Sedangkan masa setelah takluknya Gowa atas Kompeni dan masa berkuasanya Arung Palakka sebagai pemegang kekuasaan atas bekas tanah jajahan Gowa dapat diterangkan sebagai berikut:

    Aru palakka tidak mengubah pola sistem dan struktur Kerajaan Bone, sistem dan struktur pemerintahan sebelum penaklukan Gowa dilanjutkan dan dikembangkan. Sistem pemerintahan desentralisasi lebih disempurnakan sehingga negeri-negeri kecil pun dalam kerajaan Bone di berikan kebebasan mengatur pemerintahannya berdasarkan tradisi setempat…

    Hal ini menunjukkan bahwa dasar perjuangan Arung Palakka murni pembebasan dan bukan penaklukan seperti masa Kerajaan Gowa dalam penaklukan kerajaan-kerajaan di Sulawesi selatan dan bagian timur nusantara.

    Jadi bilamana ada tanggapan mempertanyakan kenapa Aru palakka yang yang dipatungkan bukan Tenriaji yang dijadikan pahlawan. Mungkin dapat saya tanggapi… Jiwa kesatria Arung Palakka sangat mempengaruhi… kakaguman rakyat bone karena dengan gagah beraninya memimpin pemberontakan 11000 orang melapaskan diri dari kerja Rodi… dan di era itulah kememenangan Militer dan politis Rakyat Bone… dan juga mungkin ada rasa ketidak adilan yang turun temurun semenjak 1945 bahwa Arung Palakka adalah seorang penghianat Bangsa… tentunya hal itu tidak bisa diterima oleh rakyat Bone… ketidak adilan sejarah lah yang paling mempengaruhi pemikiran tersebut… sehingga sikap Ksatria Arung Palakka selalu di kenang oleh Rakyat Bone dan Soppeng

    Wassalam….

  37. setelah saya amati dan pahami …!!!
    jelaslah sudah bahwa sejarah itu bukan untuk diperdebatkan mana yang salah, mana yang benar, mana yang putih dan mana yang hitam. namun perlu kita amati adalah makna dibalik itu semua.
    memang seharusnya sejarah bangsa ini dibagi-bagi menjadi beberapa tahapan yaitu tahap kerajaan nusantara, masa perjuangan, persiapan kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan RI.
    begitu pula seharusnya pahlawan pun dibagi seperti tahapan diatas. sehingga tidak ada diskriminasi antar daerah yang mungkin akan terjadi …

  38. Hampir disemua daerah di indonesia menganggap VOC penjahat dan harus diusir.Bgmana dengan arung palakka?? Dan andai saja arung palakka masih hidup di saat sekarang ini,kemungkinan Dia warga negara indonesia atau belanda yach…??

    1. seandai nya Hasnudin masih hidup sampai skarang. mungkin saja dia tdk mau mengakui bangsa indonesia..karena dia sdah enak dg kedudukan nya sbg raja, dan msih blum mengerti apa itu Indonesia..

  39. Yang Namanya Penjajahan Harus Dilawan, Yang Namanya Penindasan Harus Ditantang, Yang Namanya Pemaksaan Harus Dihentikan, Hal ini Sangat Manusiawi, Siapapun Anda Yang Bangkit Melawannya Maka Pasti Anda Pahlawan Karena Kemerdekaan Itu Tidak Ada Yang Gratis, Dan Adalah Hak Anda Untuk Meraihnya Dengan Lidah Atau Sekalipun Dengan Darah.
    Fachrin. Orang Bone Merdeka

    1. Pahm Nasionalisme mmang blm ada pada masa itu, namun solidaritas Islam itu jauh lebih kuat. Inilah yg membuat seluruh kerjaan2 bersatu melawan penjajahan. Gowa mnyerang Bone karena pd wktu waktu itu mjlis adat Bone yag blm Islam mengusir rajanya yg brniat mmeluk Islam.
      Perlu dingat semasa Gowa berjaya belanda tidk dapat semene-mena menancapkan kuku penjajahannya di bumi Nusantara. Ibarat Khalipah Umar RA. stlh beliau wpt maka stabilitas khilafah sdh mulai goyah. Di Nusantara, setelah Gowa jatuh, Belanda berpestapora mendpt anging segar bisa menjajah seluruh Nusantara. Belanda dan para antek2nya (Aru Palakka dan raja2 nusantara yg tdk pro rakyatnya) tak henti2nya menindas rakyt Nusantara. Namun keadaan tersebut tdk dpt menghapus predikat kepahlawanan Bugis-Mkassar krn masih banyak bngsawang2nya merantau dan bergabung dg rakyt2 di Jawa dan Nusantara melawan raja2 mereka yg bekerja sama dg Belanda.
      Dan kepada Penulis: Pahamilah Islam secara benar. Bugis-Makassar bukan antek2 Belanda, oleh sebab itu rakyat Bone setelah Aru Palakka wafat kembali mengadakan perlawanan terhadap Belanda, krn apa yg selama ini tdk mampu mereka lakukan akibat tekanan penguasanya yg bekerja sama Belanda.

  40. Merdeka adalah hak setiap manusia,teramasuk orang bone.siapapun yg coba ingin menjajah r menghina,pejuang bugis bone.itulah musuh.

  41. Syukurmi sekarang kita sudah merdeka semua, Gowa merdeka, Bone merdeka, Indonesia Merdeka. Jangan ada kerikil2 dihati kita.. kita samua bersaudara masa lalu ya masa lalu…masa depan menanti inovasi dan kreatifitas kita sebagai anak negeri.Trims
    Itung (Ibu turunan Bugis, Ayah turunan Makassar)

  42. saya org malaysia dan nenek moyang saya dari indonesia dari kecamatan tonra,dan saya ada memegang salasilah dengan cop mohor kerajaan indon dan salahsilah keluarga itu adalah moyang saya sbg arung tonra,pak cik saya merupakan penghulu atau kepala desa disana,tapi saya tak tahu apa kepentingan salah silah itu dan sudah tak bererti kerana saya adalah org malaysia, sedangkan institusi diraja di indon sudah tidak wujud lagi,jadi sesiapa pun yang menjadi kerajaan disana telah dikuasai oleh kaum jawa,ini memalukan bugis

  43. Mengapa keturunan saya disana mendpat penghormatan ,padahal bagi saya manusia semua sama,darah pun warna merah juga,walaupun saya ada berasal dariketurunan itu ,saya rasa ia memalukan kerana ramai yang berani mengaku keturunan tetapi tiada salah silah keluarga yang bercop mohor,bolehkah saya mendapat bayaran atau elaun dari kerajaan disana.?? walaupun saya org malaysia.

  44. assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu ,,,,aga kareba tana ugi bone, aku mau nanya keturunan arung palakka asalnya dari mana ????

  45. ayahku bone (kajuara) ibuku makassar (polongbangkeng). kedua wilayah adalah tempat nenek moyangku. jadila bone dan jadilah to masagenae…. jadilah gowa dan jadilah to malabbirika, salam damai dari putra bone gowa.

  46. ow sx jga orang sulsel yg bertempat di kbupaten soppeng jangan ada yg menhina arung palakka…..iya koe ana ogi loko’ga magi’e tidak takut mati demi membela kehormatan orang bugis….urampuge ammano bankun tao asi…

  47. Assalamu Alaikum… Kalo anda mash mnganggap Aru Palakka sbagai pengkhianat, apa bedanya beliau dngan Raden Wijaya yg kita kenal sebagai pendiri skaligus raja pertama Majapahit yg bgitu di agung-agungkan oleh orng Jawa? Sejarah mngatakan kalau Raden Wijaya meminta bantuan pada Tentara Mongol yg mendarat di P.Jawa dlam rangka mmbalas perlakuan Kertanagara raja Singosari yg mnolak dan melecehkan utusan Mongol dahulu, Raja Mongol tdk tahu kalau Singosari tlah runtuh oleh Jayakatwng dr Kediri dan Raden Wijaya adlh kturunan dr Raja Singosari maka di adulah oleh R.Wijaya ini antara Jayakatwang dan pasukan Mongol dan diakhiri dng kekalahan Kediri oleh Mongol. Ketika pasukan Mongol berpesta pora dngan minum minuman keras sampai mabuk atas kmenangan itu, Raden Wijaya dengan SANGAT LICIK mngahancurkan tentara Mongol itu yg lg mabuk berat pdahal Mongol tlah mmbantu mmbebaskan bangsanya dr jajahan Kediri…Ok, Aru Palakka minta bantuan Belanda u bebaskn bangsanya dr Gowa tp beliau tdk LICIK sperti Raden Wijaya yg tdk punya rasa terima kasih..dan diluar dr pd smuanya,perlu diingat kalo saat itu belum ada yg namanya Indonesia !!!! Wassalam

  48. Mau Bugis kek, mau Makasar kek, sama-sama nggk tau diri. Orang Wajo memang telah mendirikan kota Samarinda. Tpi ingat Samarinda ada di pulau Kalimanatan.
    Saya orang Samarinda yang asli Kalimantan sudah muak dengan ulah para pendatang Bugis-Makasar, meraka menganggap Samarinda adalah Makassar 2. Para preman dan anjal banyak dari orang Bugis-Makasar yang sering membuat tidak aman kota Samarinda. jelas saja kota Samarinda sermawut, karena dipimpin oleh pemimpin dari kalang orang Bugis-Maksar yang pikirannya preman n sok jago.
    BUAT PARA PARA PENDATANG BUGIS-MAKASAR JANGAN SOK JAGO DI PULAU ORANG. JANGAN BIKIN KUMUH PULAU ORANG. JANGAN DIJAJAH PENDUDUK LOKAL. MANA ADA ORANG YANG MAU DIJAJAH.
    YANG JELAS. ORANG SAMARINDA YANG ASLI KALIMANTAN TIDAK SUKA PARA PENDATANG DARI BUGIS-MAKASAR DI SAMARINDA.

  49. PaHlaWan beRtopeNg X sHinchan.,,,,,,,,,,,,pisssss….jngan sampai karena pembahasan Bone – makassar ini membuat masa2 itu kembali lagi,………nasionalisme itu sungguh menggelikan,,,,,,,,merusak sistem otak kiri – kanan,,,,,,,,,,,bugis dan makassar skarang bersaudara,bahkan dulu pun demikian,,,,,,,,masalah jajah menjajah itu masih ada skarang ini,rapatkan barisan menghadang musuh baru daripada mempersoalkan masalah ini pahlawan atau tidak,,,,,,semua manusia itu pahlawan,,,,,pahlawan bertopeng yang menutupi kemunafikannya,,,,,,,,,,,,,,,salammmmmmm damai saudaraku bugis makassar dan nusantara seluruhX.,,,,,,,,,,,,,,,

  50. buat komentx laung: jnganlah anda menyama ratakan org, krna tiap mnusia bade wajah, beda sifat, ingat lah, mulutmu HARIMAUMU, N INGAT JGA PNDATANG d KALTIM nch, bkan cma BUGIS, tw pun MAKASSAR az, walaupun q lahir n besar d KALTIM, tpatx d BONTANG, TPI AQ MSIH BRJIWA DARAH BUGIS BONE,n aq snghat bangga jdi orang BUGIS, khususx BONE, tpi tch swh tak baek tuk kta debatkan, toh intix skrg kita dha satu BANGSA,

  51. Arung Palakka bukanlah seorang penghianat. Ia bukanlah kesatria biasa seperti keatria lain yang ada di daerah ini. Ketika arung palakka masih menjadi seorang pangeran yang tinggal di dalam istana kerjaan Gowa, seorang pernah bermimpi bahwa Kerjaan Gowa akan dihancurkan oleh seseorang dari keluarganya sendiri. ketika mimpi ini disampaikan pada raja, maka raja bertanya bagaimana saya mengetahui orang tersebut. maka yang bermimpi ini mengatakan bahwa, jika ada seseorang yang memiliki kesaktian ataupun kekuatan melebihi kekuatan raja. untuk mengetahui hal ini, maka dialun-alun istana balla lompoa diadakan pertandingan bermain raga, dimana barang siapa yang bisa menendang raga tersebut melewati atap istana maka dialah orangnya. pertandinganpun segera digelar, dan saat Sultan hasanuddin memainkan raga itu, tiba-tiba bola itu jatuh tepat didepan arung palakka. sebagai saudara, Arung palakka tak ingin mempermalukan Sultan hasanuddin, maka ia pun menyepak raga itu dengan maksud membantu hasanuddin. Tapi apa yang terjadi, begitu raga ditendang oleh arung, bola itu meninggi bukan hanya diatas atap balla lompoa tetapi jauh-sangat jauh hingga ia hanya kelihatan seperti titik, lalu turun. semua orang tercengang terlebih lagi sultan hasanuddin. pertandinganpun bubar.
    Sejak peristiwa ini, Raja gowa tak bisa tidur, Arung palakka menjadi bayang-bayang bagi kerajaan. maka suatu malam, direncanakanlah pembunuhan Arng palakka. pembicaar ini didengar oleh arung, karena itu, saat ia hendak tidur ia tidak tidur di ranjangnya, melainkan ia meminta kepada saudara sepupu yang wajahnya agak mirip dengan arung untuk bertukar tempat tidur. pada malam itu, untuk menyelamat diri arung palakka meningalkan istana kerajaan gowa. Sejak adanya mimpi itu, dibuktikan dengan permainan raga, maka arung palakka tidak disenangi lagi oleh kerjaan gowa. Ia dimusuhi…Karena itulah ia menjadi terasing, merasa terasing, Arung palaka tak pernah mengetahui apa penyebab sampai ia mau dibunuh. Jadi bukan penghianat, ia menyelamatkan diri dari kejadian buruk yang akan menimpanya. Seandainya raja pada waktu itu tidak percaya pada mimpi yang disampaikan mungkin ceritanya akan menjadi lain, tapi itulah jalan hidup, takdir yang telah ditetapkan oleh yang maha kuasa(maaf mungkin kisah ini tak pernah diceritakan sebelumnya, ini merupakan pencarian bathiniah saya), jadi wallahu alam. yang jelasnya ini hbukan cerita ataupun karangan saya. saya hanya ingin menegaskan bahwa Arung Palakka bukanlah penghianat. bahkan saat menjadi pemimpin di kerajaan bone, rakyatnya sejahtera dengan hasil padi yang sangat melimpah. Yang saya dapatkan dari perjalanan saya, bahwa tak ada satupun sawah yang dikunjungi arung palakka tidak akan subur. inilah sehingga lambang yang diberikan pada arung palakka adalah padi yang mengapit gambarnya. ini mengingatkan kita siapa dia. wallahu alam

  52. BAGAIMANA INDONESIA MAU MAJU, ORANG LEBIH SUKA MELIHAT MASA LALU DARIPADA MASA DEPAN. KALAUPUN ADA PERBEDAAN, SAYA RASA DISKUSI ADALAH SOLUSI, BUKAN MENCACI MAKI.

    KORUPSI, KEMISKINAN, KETERTINGGALAN ITU ADALAH MUSUH YANG HARUS DIHADAPI SEKARANG.

    DIRGAHAYU NKRI.

    “Jika mereka mau, mereka bisa menjadi bangsa yang tak terkalahkan, kelemahan mereka hanyalah mudahnya dipecah belah.” -Raffles-

    PISS

  53. Saya sudah membaca tulisan-tulisan diatas, banyak yang pro dan banyak pula yang kontras. Suka tidak suka harus diakui oleh siapapun bahwa para generasi bugis sudah berprestasi pada zamannya, walaupun harus diakui pula kalo ada sisi-sisi yang gelap yang merupakan bagian dari sejarah itu sendiri. Kami sendiri saat ini merupakan Generasi ke 7 (sekarang melahirkan generasi ke 8) yang berada di bumi kalimantan barat. Jadi walaupun kami tidak pernah menginjakkan kaki di bumi sariwegading tapi saya (keluarga dari turunan luwu)dan Istri (keluarga dari paloppo) tidak malu mengakui sebagai anak keturunan bugis terlepas dari pandangan positif dan negatif terhadap tindak tanduk yang dilakukan oleh para generasi bugis baik masa lalu, sekarang atau pun yang akan datang.

  54. saya makasar asli gowa.saya besar di kota temen temen byk yg bugis maupun makasar,tapi kami tidak pernah mengatakan kami adalah keturunan bone atau kami adalah keturunan gowa,yang ada pada kami adalah saling menjaga saling menghormati walaupun sejarah masaing masing suku kami sedikit mengetahui, orang bugis( teman kami ) terkadang ada yg bilang aru palakka penghianat ada juga yg bilang pahlawan,begitu juga sebaliknya ( teman kami )ada yg bilang orang sultan hasanudin orang bodoh mau menang sendiri ada juga yg menagatakan sultan hasanuddin itu pahlawan,,tapi kami cukup memahami dalah hati kami sendiri,,sekarang ini kami masih bersahabat walaupun kami sudah terpisah oleh jarak yg jauh,tapi kami masih sangat menjunjung nilai nilai bugis makasar yg ada di darah kami ( SIRIK ) rasa malu kepada ALLAH dan diri sendiri atas hal hal kotor.
    semoga temen temen dalam berbagai suku di Indonesia selalu saling menghormati dan menghargai satu sama lain.
    my friend i miss you…nakkuka sagang kau ngaseng ( si pacciniki tauwa )

  55. Sejarah Adalah Kepingan Masa Lalu,
    saling bertaut dengan Masa yang AKan Setelahnya…
    Jika ada satu Tautan Yg “Hilang” maka Akan Melahirkan sebuah Persepsi Yang salah Pada Generasi Berikutnya..
    “Kata Pengkhianatan” adalah Imbas dari “Hilangnya” satu MaTa Rantai Sejarah…

  56. sangat rumit untuk d fahami..saya meminta untuk d sediakan satu laman web yg lebih mudah untuk d fahami tentang karekter arung palakka dan keagungannya..dalam versi moden kalau x keberatan..saya bahrun dari dua keturunan bugis(indon) dan suluk(filipin)..ayah bugis bone n ibu suluk

  57. Kita kenal, bahwa di sulawesi selatan ada 3 kerajaan yang sangat berpengaruh ( kerajaan bone, gowa dan luwu ). Kita orang bugis-makassar bangga dengan sejarah ini. Ketiga kerajaan tersebut di kenal seluruh nusantara.
    Bulukumba yang dikenal sebagai daerah transisi antara dua kerajaan (bone-gowa). Pada jaman itu antara kerajaan bone-gowa mengklaim bahwa bulukumba wilayah kerajaan bone, sementara kerajaan gowa juga mengklaim bahwa bulukumba adalah wilayah kerajaan bone. Konon asal nama bulukumba berasal dari kata “Bulu’kumupa” yang berarti masih saya punya gunung.
    Akhirnya tercapai kesepakatan. Putra dari Kerajaan Gowa yaitu Karaeng Muddini kawin dengan putri dari Kerajaan Bone Petta Ti’no to Kaju (Dg. Ti’no).
    Sekitar tahun 1540 Karaeng Muddini diangkat jadi Raja kerajaan Bontobiraeng yang berubah nama (Ara) yang berada di Kec. Bontobahari Bulukumba yang dibawah kekuasaan Bone. Dari perkawinan Karaeng Muddini dan Petta Ti’no, maka lahirlah Patigau dan Po Uhang TomatinroE di Mallasoro Je’neponto. Cucu dari Po Uhang, Karaeng Tanang kawin dengan Balole lahirlah Sagala Karaeng Tinggi.
    Sagala Karaeng Tinggi sepupu satu kali dengan Samparaja Daeng Malaja Karaeng Sapohatu (“karaeng yang dimakamkan ditengah batu )anak dari perkawinan Salung Dg. Masallo dan Inanna. Samparaja daeng Malaja Karaeng sapohatu menjadi Raja pertama di Kerajaan Bontotiro Bulukumba. Samaparaja Daeng Malaja kawin dengan Tinggialang Dg.Mati’no dan melahirkan Hawang. Hawang kawin dengan Bakkalu Parani Anak Karaeng Tanuntung, maka lahirlah Tanniammu Dg. Mati’no. Tannammu Dg. Mati’no mempersuamikan Gome Dg. Matasa.

    Lanjut… Sagala Karaeng Tinggi kawin dengna Djinno anak cucu dari To Rijingkiri’na. To Rijingkirina’na anak dari “Qhadi Tadaba” (ulama dari Sumatera, beliau ke Bulukumba setelah Dato’ri Tiro mengislamkan Raja Bontotiro saat itu.

    1. Kerajaan Bontobiraeng Bulukumba, mengalami kejayaan setelah anak Qadhi Tadaba yang bernama To Ri Jingkirina memperkenalkan keterampilan membuat rumah panggung dan kapal perahu (dikenal sekarang Kapal Phinsi). Sekitar tahun 1615 M, masa pemerintahan Pati Gau Karaeng Bontobiraeng-Salung Dg.Masallo sekitar Tahun 1700 M. Pada jaman tersebut, beberapa kerajaan didaratan sulawesi pernah memesan kapal, sebagai armada perang.
      Jaman Sagala Karaeng Tinggi to MatinroE ri Kaluku Bodoa Tana Beru, Kerajaan Bonobiraeng masuk dalam wilayah Kerajaan Bone. Sagala Krg Tinggi anak Baloe dan Krg.Tanang. Sebelumnya Balole mempersuamikan La Pattawe to MatinroE ri Bettung Bulukumba, mangkau dari Kerajaan Bone.

  58. Coba kita shering, kalian cari naska asli~ “Het Bongaa is Ver Drag”, baru Ber-Hipotesis siapa Sultan Hasanuddin dan Arung Palakka yang kalian bicarakan itu!!!…. oleh orang-orang Bodoh mengatakan Perjanjian Nenek Moyangku itu katanya namanya “Perjanjian Bungaya”, namun sayang sekali mereka-mereka itu tidak tahu, kalau BUNGAYA itu artinya Bunge’E~!!!!!!!!………
    Ini Konsideran Darf Perjanjian Nenek Moyangku itu:
    Naeder Artykulen.
    Wae! Op tus schen den Groot-Mogen Den Paducca Siri Sultan Hansa Oudijn, CONINCK Code.
    Vor dere Rege Ringe Van Maccassar fer eenre, ENDE Den Heere ‘Cornel is Sche el Man’, Dud Gauverneur Van de Cust-Hormandel, Superin Tendent en Com-Missaris over de Oost er Sche Provintien, Admirael en Chrijgs overs te over de Scheeps ENDE Chrijgs Maght in name Van Den Ed,
    Heere Joan Maat Suycker Gouverneur Generaal, Elide de Heere Raaden Van India, Representer ENDE de Hoge Rege Ringe en Opper-Macht Van Wegen de Generate ver enig de NEDERLANTSE Geoctroij eer de Oost INDIENSCHE al hier in India TERAN Dere ZIJ de is GEMAACKT, ge stateD en de vast ge stelt en eeu wig duur ENDE vaste code GOE de Vrede, Vrient Schap en Bont Genoot Schap – 1). Ket; isinya 30 Point….
    Mengurai Sejarah perlu hati-hati dikit??!!….. Nusantara ini adalah Tanah yang di satukan oleh DEWA RAJA yang bergelar “LA MANU SAWUNG TANRA BALESU (ISLAM Mooro-Cina)!!!, Putrinya kemudian menikah 2X dengan dua Bangsawan Prancis yang masih bersaudara.
    Keturunannya kemudian mendirikan Perusahaan yang mereka namai ‘Nederlant’, Perusahaan ‘Indiensche Natien’ yang didirikan pada Tanggal 2 Desember 1660, namun berkemelut dengan Perang, lalu dibuatlah Perjanjian yang 30 Point itu pada Tanggal 18 November 1667 sebagai akhir dari kemelut Perang.
    Asset Nenek Moyangku itu, tersimpan di SWISS. Hebohnya!!!!, Jumlah Asset itu sekarang. Nilainya mampu membeli lebih dari seperdua Belahan Bumi ini.
    Compagnei didikan oleh Seluruh Bangsawan Nusantara ini pada tahun 1660!!!,
    Catatan; perlu kalian ketahui. bahwa Arung Palakka Sang Petarung Tanpa Tanding adalah Arung Palakka Dewa Raja Setia Daeng Sereang, bukan Arung Pallakka Latenri Tatta Imap’pau Sereang. Gelar Petarungnya dalam Bahasa Bugis; Bakka Coning-nge di Risereang.
    Arung Palakka Setia dan Imallombassi Daeng Mata-Awang adalah Saudara satu bapak lain ibu, ayahnya adalah Puang Ara Bira Karaeng Zeleyer (Selayar)!!!
    Dewa Raja Setia disebut Bakka Koning-nge karena berambut pirang.
    (Muhammad Yusuf bin La Manu Ugik bin Jua-E Na De~ – Isarifa bin La Burik Liu bin La Manu Tungke’–5/1/11)
    Ket; La Manu Tungke; adalah Maha Raja terakhir yang mendapatkan Suaka Politik dari Kerajaan Inggris (di Singapore), meninggal pada Tahun 1903, Jasadnya di seberangkan dari Singapore dalam waktu perjalanan kurang lebih 100 hari untuk di Semayangkan di “Bulu Belang Sopingh”.

    call me:085656282345

  59. saya asli bugis makassar saya besar di kota temen temen byk yg bugis maupun makasar,tapi kami tidak pernah mengatakan kami adalah keturunan bone atau kami adalah keturunan gowa,yang ada pada kami adalah saling menjaga saling menghormati walaupun sejarah masaing masing suku kami sedikit mengetahui, orang bugis( teman kami ) terkadang ada yg bilang aru palakka penghianat ada juga yg bilang pahlawan,begitu juga sebaliknya ( teman kami )ada yg bilang orang sultan hasanudin orang bodoh mau menang sendiri ada juga yg menagatakan sultan hasanuddin itu pahlawan,,tapi kami cukup memahami dalah hati kami sendiri,,sekarang ini kami masih bersahabat walaupun kami sudah terpisah oleh jarak yg jauh,tapi kami masih sangat menjunjung nilai nilai bugis makasar yg ada di darah kami ( SIRIK ) rasa malu kepada ALLAH dan diri sendiri atas hal hal kotor.
    semoga temen temen dalam berbagai suku di Indonesia selalu saling menghormati dan menghargai satu sama lain.

  60. NAMA SAYA LA ALIDU TINGGAL DI KERATON LIYA KEPULAUAN WANGI-WANGI KABUPATEN WAKATOBI (KEPULAUAN TUKANG BESI) SULAWESI TENGGARA. KEKEKKU ASLI BONE DARI KETURUNAN RAJA BONE, WAKTU ZAMAN BELANDA MEREKA 6 ORANG DITIPU OLEH BELANDA DENGAN MENJANJIKAN MEMBERIKAN PEKERJAAN BAIK DI BELANDA,MEREKA DIBAWAH OLEH KAPAL BELANDA. TERNYATA MEREKA DITIPU DAN DITENGAH LAUT ANTARA WAKATOBI DAN LAUT JAWA MEREKA DIBUANG SATU PERSATU. NAMUN LEBIH KUASA ALLAH SWT, KAKEKKU DENGAN DIIKAT TANGANNYA DIBUANG KELAUT MAMPU MELEPAS IKATANNYA DIDASAR LAUT DAN BERENANG SAMPAI TERDAMPAR DI DESA LIYA DALAM KAWASAN BENTENG KERATON LIYA. NAMA KAKEKKU : ANDI PUA DANAMO, BERSAUDARA 6 ORANG ANTARA LAIN : ANDI PUA MANURU, ANDI PUA MATINDRO, ANDI PUAMALINTA, DLL. MEREKA ADALAH ANAK-ANAK DARI SULTAN ZAINAL ABIDIN YANG PERNAH DIASINGKAN OLEH BELANDA DI TERNATE. JIKA ADA HANDAITOLAN, KERABAT KELUARGA BESAR BONE ATAU LUWU YANG MERASA ADA HUBUNGAN DARAH DARI KELUARGA SAYA, MAKA SAYA SANGAT SENANG MENYATU DENGAN MEREKA. SAYA LA ALIDU KINI SUDAH MERUPAKAN GENERSAI KE-4 DARI KAKEKKU ITU DAN SUDAH TURUN TEMURUN DI KERATON LIYA. TKS (PESAN INI DISAMPAIKAN OLEH LA ALIDU VIA FACE BOOK SAYA DAN BISA KONTAK LANGSUNG KE ALIDU HP.081341711642). TKS

  61. ✽̤̥̣̣̣̣̣⌣̊┈̥-̶̯͡»̶̥✽̶̛̗• Anak Rantau •✽̶̛̗«̶̥ -̶̯͡┈̥⌣̊✽̤̥̣̣̣̣̣ berkata:

    Assalamu’ Alaikum wr.wb

    Panjang lebar tlah kubaca artikel ini,pro & kontra menyelimuti kisah sejarah Tanahku…tanah Bugis (Umumnya)
    Sebagai anak Rantau yg ℳem∂πg lahir diperantauan Papua,sangat ingin kutau sejarahnya asal muasal’ku,tp ternyata sejarah membutakan mata hati’mu wahai saudara2ku ƴªήğ pro & Kontra

    Sejarah tinggal sejarah…

    Biarlah ƴªήğ lalu berlalu

    Kita 1 darah….1 bahasa…1 kepulauan Borneo

    Salam Damai

    Ana Ogi’e

  62. hehe, sy sedikit mau membetulkan fakta,, siapa sebenarnya yang dikhianati arung palakka to malampe e gemmena, INDONESIA? negara yang belum ada pada saat itu? saya rasa juga bukan hanya raja disulawesi yang selalu mengadakan perluasan wilayah dengan cara peperangan, raja2 di jawa jg,
    dan lagi disini teman2 mgkn hanya mendapat informasi dari buku sejarah dan recokan dari penulis2 diluar sulawesi selatan,, ingat yang mereka tau hanya sumber lisan bukan tulisan, mereka hanya mendengar tradisi lisan tanpa meliat langsung lontara yang ada, ini mgkn kesalahan orang2 dulu, karna lontara memang dibuka ada waktunya dan harus dengan ritual tertentu,,
    sedikit fakta tentang sultan hasanuddin dan arung palakka adalah, beliau berdua tidak pernah berselisih, jika memang arung palakka mau memberontak kenapa tidak lari kebenteeng panakukang saja, knp mesti lari ke tempat lain sampai batavia, cukup menyebrang sungai,, masalah penggalian parit selalu dipermasalahkan,, penggalian parit itu tahun 1661 sedangkan arung palakka sudah dibatavia tahun 1660,, dan lagi kalau memang arung palakka mau memberontak, kenapa beliau tidak lgsng lari ke bone, kenapa mesti ke lise” dulu,, ada apa di bone,, ingatki ndi,, siapa sultan hasanuddin, siapa arung palakka,,, mereka dari keturunan yang sama,, batara gowa punya 2 istri, salah satunya adalah mangkau di bone, jd kalau ada disini orang bugis makassar mencaci arung palakka atau sultan sama ji jg mencaci dirinya sendiri,, saya harap teman2 disini bisa mengkaji secara rasional apa yang terjadi sebenarnya, jgn hanya menerima saja,, tanpa mempelajari dengan seksama,,

  63. yang penting dalam menggali sejarah dan membahas figur adalah, menganmbil nilai2 universal dari sejarah/tokoh2 yg kita bicarakan, sejarah tidak bisa dilupakan, tapi jangan terpenjara oleh masa lalu, karena sejarah terus bergerak hingga hari ini dan hari esok, hidupkan keberanian arung palakka dan sultan hasanuddin dalam konteks kekinian, kebernaian dalam melawan kebodohan dan budaya2 luar, senjatanya bukan lagi badi’ atau kalewang tapi ilmu pengetahuan, bersaing dan berperanglah (dalam artian berlomba untuk belajar dan menggali pengetahuan) untuk membangun daerah warisan nenek moyang kita yang dianugrahkan oleh Tuhan. dan biarkan arrungta dg.serang petta malampee gemme’na dan Karaengta I malombassi dg.mattawang sultan hasanuddin. tersenyum dialam sana melihat anak cucunya berlomba berbuat kebaikan,berlomba membangun daerah warisah leluhur, “berperang” mengejar ilmu pengetahuan. dan merekapun tersenyum bahagia dan berpelukan.

  64. untuk Meredam Pro dan Kontra yang selalu muncul…. saya berniat untuk menjadikan keturunan saya sebagai THE REAL BUGIS MAKASSAR, dengan cara menikahi orang Bugis, karena saya orang Makassar dari Gowa…. ^_^ cuman obsesi pribadi koq!!!

  65. Ikan boLu ikan cakaLang.. Lain duLu Lain sekarang..
    sumanga’na mau brkeLahi gara2 AP & SH… kampungan, maLu meq sbgai putra Sul-Sel… hapus sj ini bLog.. sbLum bnyak yg baca dr Lintas provinsi..

  66. To Petta Puang,
    Lebih baik ada Kerajaan Bone yg berdiri sendiri seperti Yogyakarta, dr pada Indonesia Korup…

    Justru salah satu pelaku KORUP di Indonesia berasal dr Bone, sebut sj Nurdin Khalid, Andi Muhammad Galib, Andi Malarangeng, dll. Kuatir Kerajaan Bone hancur dgn sendirinya krn ulah org2 Bone sendiri.

    Mengenai AP sbg pengkhianat, klo kita mw jujur, pd zamannya, seluruh kerajaan yg ada di wilayah Nusantara ini (bukan Indonesia), seperti kerajaan Jawa, Sumatera, Sunda, termasuk kerajaan Gowa sedang hangat-hangatnya bermusuhan & berperang melawan penjajah ttp kenapa si Aru Palukka meminta bantuan bahkan bekerjasama dgn Belanda utk mengalahkan sesama Nusantara (Kerajaan GOWA).
    Katanya hanya ingin memerdekaan org Bone sbg budak di kerajaan Gowa, tp knapa setelah Kerajaan Bone dimerdekakan (krn kemenangan Bone tdk murni, ada campur tangan Belanda), AP jg menyerang kerajaan di Pulau Jawa dan Sumatera?
    Mungkin krn AP telah menjadi antek2nya org Belanda shg apa kata Tuannya (Belanda), AP mw melakukan apa sj. Ibarat anjing yg slalu nurut apa kata tuannya kali ya. Terus dimana fungsi ‘siri’nya org Bone ya, kalau memang punya siri, pasti AP tdk mw diperintah2 oleh Belanda, pasti AP akan memiliki prinsip utk tdk mw dijajah tp ini malah tetap menjalin kerjasama dgn Belanda. Mungkin AP melakukan ini semua sbg bentuk balas jasa ama org Belanda krn org Belanda telah membantu AP dlm memerangi kerajaan Gowa ya. Kalau bgitu, payah deh, AP tdk memiliki prinsip dlm hidup, tdk konsisten, ambivalen, pengecut, pengkhianat, dll. Tp biarlah AP jd Pahlawan bg org2 Bone krn ternyata karakter inilah yg tampak dlm kehidupan dan perilaku org Bone.
    Bravo to ugi Bone. Mantaaaaf!

  67. Hello There. I found your blog the usage of msn. That is a very smartly written
    article. I will make sure to bookmark it and return
    to read extra of your useful information. Thanks for the post.
    I will certainly comeback.

  68. Pahm Nasionalisme mmang blm ada pada masa itu, namun solidaritas Islam itu jauh lebih kuat. Inilah yg membuat seluruh kerjaan2 bersatu melawan penjajahan. Gowa mnyerang Bone karena pd wktu waktu itu mjlis adat Bone yag blm Islam mengusir rajanya yg brniat mmeluk Islam.
    Perlu dingat semasa Gowa berjaya belanda tidk dapat semene-mena menancapkan kuku penjajahannya di bumi Nusantara. Ibarat Khalipah Umar RA. stlh beliau wpt maka stabilitas khilafah sdh mulai goyah. Di Nusantara, setelah Gowa jatuh, Belanda berpestapora mendpt anging segar bisa menjajah seluruh Nusantara. Belanda dan para antek2nya (Aru Palakka dan raja2 nusantara yg tdk pro rakyatnya) tak henti2nya menindas rakyt Nusantara. Namun keadaan tersebut tdk dpt menghapus predikat kepahlawanan Bugis-Mkassar krn masih banyak bngsawang2nya merantau dan bergabung dg rakyt2 di Jawa dan Nusantara melawan raja2 mereka yg bekerja sama dg Belanda.
    Dan kepada Penulis: Pahamilah Islam secara benar. Bugis-Makassar bukan antek2 Belanda, oleh sebab itu rakyat Bone setelah Aru Palakka wafat kembali mengadakan perlawanan terhadap Belanda, krn apa yg selama ini tdk mampu mereka lakukan akibat tekanan penguasanya yg bekerja sama Belanda.

  69. Thanks a bunch for sharing this with all of us you actually realize
    what you are speaking about! Bookmarked. Please

    additionally talk over with my web site =). We

    will have a hyperlink alternate

    arrangement among us!

  70. Unquestionably imagine that that you said.
    Your favorite reason seemed to be on the net the easiest thing to consider of.
    I say to you, I definitely get annoyed while other people
    consider worries that they plainly do not recognize about. You controlled to
    hit the nail upon the top and defined out the whole thing with no need side effect , folks could
    take a signal. Will probably be again to get more. Thank you

  71. JIKA ANDA BUTUH ANGKA RITUAL 2D 3D 4D DI JAMIN 100% JEBOL BILAH BERMINAT HUB KI ANGEN JALLO DI NMR (_0_8_5_2_8_3_7_9_0_4_4_4_) JIKA INGIN MENGUBAH NASIB THA,SK ROO,MX SOBAT

    JIKA ANDA BUTUH ANGKA RITUAL 2D 3D 4D DI JAMIN 100% JEBOL BILAH BERMINAT HUB KI ANGEN JALLO DI NMR (_0_8_5_2_8_3_7_9_0_4_4_4_) JIKA INGIN MENGUBAH NASIB THA,SK ROO,MX SOBAT

    JIKA ANDA BUTUH ANGKA RITUAL 2D 3D 4D DI JAMIN 100% JEBOL BILAH BERMINAT HUB KI ANGEN JALLO DI NMR (_0_8_5_2_8_3_7_9_0_4_4_4_) JIKA INGIN MENGUBAH NASIB THA,SK ROO,MX SOBAT

  72. I’m not that much of a internet reader to be honest but your blogs really nice,
    keep it up! I’ll go ahead

    and bookmark your website to come back down the road. All the best

  73. An fascinating dialogue is value comment. I think that it’s best to write more on this topic, it won’t be a taboo subject but generally people are
    not sufficient to talk on such topics. To the next.
    Cheers

  74. That is really interesting, You’re a

    very professional blogger. I’ve joined your feed and look forward to searching for
    extra of your excellent post. Also, I have shared your site in

    my social networks!

  75. Hello! Do you know if they make any plugins to help with

    SEO? I’m trying to get my blog to rank for some targeted keywords but I’m
    not seeing very good

    results. If you know of any please share. Thank you!

  76. There are some attention-grabbing closing

    dates in this article however I don’t know if I see all of them middle to heart.
    There

    is some validity but I will take maintain opinion till
    I look into it

    further. Good article , thanks and we wish more! Added to FeedBurner
    as properly

Tinggalkan Balasan ke sulaimanfik umi Batalkan balasan